suratmu, masih kubaca di tepi ranjang, di bawah rintik hujan
sebagai pengobat rindu dan “bersabarlah", katamu
ratusan puisi yang kau tulis, membuka jendela hati, yang tak mampu kuterka
dan smsmu kian rapuh, membuatku tak berdaya
air mata yang kunanti, masih bersembunyi di balik bantal
dan di akhir mimpi, masih kunanti dirimu
seolah terpejam bersama purnama yang tersenyum separuh
temani aku sayang, dengan kopi kesukaanmu
oh, rasa cintaku begitu lama, memandang fotomu
hingga rindu itu tertidur:
bernama aku
Padepokan Halimun 27 Oktober 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar