Jumat, 06 April 2012

Melati Di Lereng Merapi

Melati Di Lereng Merapi

oleh Andrie Enrique Ayyas Camarena pada 4 November 2010 pukul 19:44 ·
Melati Di Lereng Merapi

Matahari pagi bersinar cerah, dengan kemilau cahaya yang berderai menjamah dan menghangatkan atap-atap rindu yang membumbung menguapkan embun yang mengendap semalam. Langit bersih bening tanpa noda. Angin pagi mendesau menepiskan kesegaran yang nyaman kesetiap urat nadi, menyapu bekas-bekas malam dan mengibaskan jauh ke seberang langit.

Matahari bergeser menjauh ke ujung cakrawala, mewarnai kaki langit dengan goresan warna jingga kemerah-merahan. Warna siang yang menerangi hati, mulai meredup  perlahan-lahan dan kesunyian menghampiri bunga-bunga melati di lereng merapi yang mengalir di aliran darah.

Kerinduan yang terhampar jauh di seberang langit, di ufuk barat  tempat matahari terbenam. Sinar lembayung senja yang mewarnai cakrawala mulai memudar dan larut dengan kegelapan yang menyelimuti alam raya.

Waktu merayap semakin larut, malam berangsur-angsur semakin hening dan kelam. Mata hati menatap langit-langit kamar, memandang ketiadaan yang hampa dan kosong. Pikiran menerawang lepas mencari suara hati yang samar tenggelam diantara kesenyapan yang terdiam membisu dan detak jantung yang menjauh pergi.

Kemudian terasa ada sesuatu yang baru hilang dari bagian diriku, sesuatu yang samar dan tak menentu wujudnya, seperti kegelapan yang sedang mengurung diriku.

Angin lembut mendesau meniupkan wewangian bunga rampai dan keharuman asap setanggi ke alam mistik yang jauh tinggi. Menyertai sukmaku yang berpindah dari alam fana ke alam nirwana. Jasad cintaku terkubur di bumi, namun jiwa ini naik dan berkembang memenuhi alam raya yang penuh misteri.

Bisikan-bisikan rinduku mulai menari-nari di kertas hatimu yang bercerita tentang bunga yang hidup dan hadir di mimpiku di kala malam merasuki  kesunyian....

kau adalah kembang perawan
berhiaskan bunga rampai keharuman
dengan pelepah daun kelapa luruh
yang menjadi pelipur lara dan penyejuk jantung hati
penawar rindu dengan cinta selembut cahaya rembulan
bertaburkan warna pelangi berdawai asmara

nafasmu terangkai atas hati dan harga diri
bagaikan bunga melati di lereng merapi
kecil putih wangi dan tak berduri
lahir dan tumbuh di terbitnya mentari
dekat muara cinta
di sawah dan ladang tempat dua hati bersemi

tapi,
rindu ini tak bisa menyentuhmu
kau bagaikan boneka yang tersimpan di ruangan kaca
cintaku terpendam pada bayangan ruang hampa
yang sebulan lebih tak tersiram air hujan

ketika mendung menggelayuti langit
dan sejuk pagi memayungi matahari
dataran dan selat akan terpecah
oleh angin yang bermain-main di bukit-bukit gersang

Sampai semua akan terasa indah
pada hujan pertama di bulan november
setelah kemarau membakar telaga
dan kasih akan selalu ada

bungaku, katakan padanya aku akan pulang



* para sahabat silahkan masuk
beranda ini tak tersekat


Padepokan Halimun, 04 November 2010





· · · Bagikan · Hapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar