Selasa, 03 April 2012

Sebuah Cinta Dalam Cerutu dan Whiskeyku

Sebuah Cinta Dalam Cerutu dan Whiskeyku

oleh Andrie Enrique Ayyas Camarena pada 29 Januari 2011 pukul 15:14 ·
 
Sebuah Cinta Dalam Cerutu dan Whiskeyku

kabut sudah menggantung tipis di bibirmu
inilah kilometerku yang pertama menuju timur  laut  saat ku mengecup bibirmu
butuh waktu 2,5 jam untuk menelusuri tubuhmu sampai  ujung timur
di kawasan yang takkan lelah ku jelajahi
jasadjasad  tembakau menghampar berguguran
dan wangi daun tembakau menggenangi udara yang tersisa

secangkir kerinduan  memanjang di sekujur cerutu yang ku hisap
merefleksikan cahaya mentari ke gunung yang pernah meletus dahsyat
setengah jam aku duduk di bibir ranjang yang sepi
memandang detak jantungmu
jejakmu masih terlihat jelas
sejelas  gambar dirimu di saku kemejaku
speechless

mentari sore menyirami nadanada mistis
yang baru kulewati dengan cahaya lembut dan berdenyut
indah sekali
seolaholah dirimu  tercipta hanya untukku

liukan asap cerutu dan seteguk whiskey merambati kanvas cahaya
berbingkai siluet masa kecilku
aku mengagumi wajahmu yang tersipu malu di antara kuning  daun bambu kering
sedang di kejauhan, aku ingin melepas semua
ketika dinding pegunungan terjal yang coklat  basah
membutakan hatiku yang terus ingin bermain denganmu

hanya dengan kecupan bibirku
ribuan cintamu  akan panik beterbangan menutupi wajahmu
saat aku bercerita di depan karangan bunga
rasanya semua membuat  jantungku berdebar

begitu nafasku  memerah
mataku  yang mengelilingi  cintamu  berubah dari abuabu ke merah ungu
saat ujung nafasku  naik ke ubunubun,
mataku  menjadi putih bersinar
seluruh tubuhmu  di siram cahaya
yang di biaskan dengan lembut oleh rindu  menguning

sambil melayang dalam kesunyian
puisi cintaku menjemputku pulang
dengan hurufhuruf mati yang  bertebaran
dan baitbait  memar
saat ku  pegang tulang dan ruhnya  hancur

harum cendana geraian rambutmu
menikam tulang cemburuku
kabut mulai turun menyapu air matamu
menggenangi kelopak matamu
di tengah hari, simphoni hatimu semakin  misterius
bagai berada di atas awan
hening dan sunyi  kumatikan
sepi merejam
hanya desir angin
kabut tebal membutakan
ada rasa takut tapi damai

kupejamkan mataku
merenungi cintaku yang kian lapuk di makan usia
mungkin penantianku semakin lelah dan layu
tapi ada yang tumbuh mengalir  jauh dalam ingatan
menembus batas kegilaan  seorang lakilaki sepertiku
yang terlahir hanya untukmu seorang


Padepokan Halimun, 29 Januari 2011
· · · Bagikan · Hapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar