Rabu, 04 April 2012

Halaman Pertama Di Perairan Sunyi

Halaman Pertama Di Perairan Sunyi

oleh Andrie Enrique Ayyas Camarena pada 14 Desember 2010 pukul 12:16 ·
 
Halaman Pertama Di Perairan Sunyi

1.
suara halaman buku tua  yang di bolakbalik waktu
membakar  perairan  sunyi
sunyi di bawah bantal lapuk
terdapat guntinganguntingan  puzzle malam
lalu foto batu hitam yang bersemadi, terguling dalam lembah
yang dicoret langit dan mentari
dengan hunusan pedang cahaya

bantal  mainan sewaktu bayi  dari rahim yang berdetak
dan di kamar  tak ada laci   lemari penyimpan  rahasia
bahkan  tak tahu kapan kau  membutuhkan rahasia

tenggorokan  seperti menenggak batu keras
mata terlihat kering dan hampa
dunia di atas kertas, dalam keheningan telaga
akan kembali  diingatkan dengan tangan tipis  berlumur kematian
di cekik oleh bau amis yang mengalir dari poripori tiga bilah jari kecil
yang dua hari lalu menggoreskan batu nisan

kau  terus membolabalik pintu yang terketuk
hingga halamanhalamannya seakan dapat robek oleh jarimu
tetapi tak kunjung kau menemukan nama
lalu mengapa kau  melihat wajahku  di dalam mimpimu?
belati mulai menyakiti tenggorokan, membuatmu lebih tajam dari hujan

seperti apimu yang membawa doadoa surga
raib oleh senja yang terbakar
di sana tempat  bahasa cinta  dibangkitkan
oleh lelaki gila dari dunia lain, lahir dari rahim masa lalu
yang merindukan sayatan pedang cintamu
serta puisi mati di malam kelam

berkembang dari benang, menjadi  sepasang pengantin ruh
hati  yang tak terlihat menjadi tempat berteduh
semerbak dupa iringi langkaklangkah mendung kelabu
dalam sisa waktu  berbentuk kotak pipih
seperti kotak misteri berdinding kasar berdebu



2.
jika cinta adalah duri yang tertancap di belahan langit
maka rindu adalah semerbak keharuman rintihan
pedang yang kau hunjamkan ke jantungku
membakar denyut nadi, memandang rembulan
berputar menggapai satu titik di hatimu yang membeku

lalu, apakah bungabunga bertanya pada bintang?
tentang rindu yang mulai mati di kuluman bibirmu

aku hanyalah wajah cinta
dengan bingkai rindu
aku adalah lelaki gila
yang merindukan puisi hatimu di perairan sunyi
tanpa hitungan nafas di guratan senja



Padepokan Halimun, 14 Desember 2010

· · · Bagikan · Hapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar