Pelangi Lisa
Pelangi Lisa
Adzan Ashar baru saja turun. Sore mulai membentangkan warna senjanya. Aroma khas dari putik-putik rerumputan mengikis lingkaran emas merah langit sore itu.
Dengan rambut hitam gemuk yang di kuncir kuda dan dengan kehalusan khas kulit kanak-kanak yang seolah menjadi bersinar apabila mata cokelat bening itu membola, pita merah yang mengombak itu sungguh merupakan perpaduan yang keserasiannya tiada tara. Dalam pandangan Bibie Ira, bocah kecil Lisa tak ubahnya bagai putri raja dari negeri dongeng.
Pita itu telah menemukan tempat yang pas, begitulah Ira pikir. Dan ia menerima lonjakan-lonjakan Lisa dengan wajah yang seolah telah menyelesaikan sebuah pekerjaan yang rampungnya demikian lama.
"Manis sekali, Lisa. kamu sungguh amat manissss.....," dan ia membungkuk, menyelusupkan dagunya ke leher bocah yang tak lepas-lepasnya mengagumi diri sendiri di cermin yang telah lumayan buram di makan usia.
"Lisa manisss, Lisa maniiissss...! demikian si kecil bersorak."Bibie, pita ini untuk Lisa?"
Bibie Ira mengangguk. "Nah, ayo. Apa yang mesti Lisa ucapkan atas pemberian seseorang?"
"Terima kasih. Lisa mesti mesti mengucapkan terima kasih." Dengan gegas, diraihnya tangan Ira."Terima kasih, Bibie Ira."
Sekali lagi Ira mengengguk. Cerdas nian anak ini, pikirnya. "Ayo Lisa. Barangkali Nenek sudah menunggu. Mana tahu beliau menduga kalau-kalau kamu belum makan siang.
"Ah, Kak Wirma, Lisa sekarang sudah tambah besar, jika kau tidak cepat pergi, mungkin kau bisa memandang anakmu Lisa sekarang ini, desah Ira dalam hati."
Senin sore pertengahan tahun yang cerah, dan pohon kapuk tak henti-hentinya melepaskan seratnya yang halus lantas beterbangan dibawa angin. Ada yang membumbung tinggi, tapi ada juga yang menghentak turun lalu pada ketinggian tertentu kembali dihembus angin sehingga bergerak sejajar dengan rundukan rerumputan. Dan pada jalan setapak yang menyisir di persawahan desa, Ira membiarkan Lisa berlari-lari kecil mendahuluinya. Kupu-kupu dan capung beterbangan ramai, membuat bocah perempuan tujuh tujuhan tahun itu terkekeh-kekeh.
"Lihat kupu-kupu yang itu, Bibie Ira. warna sayapnya seperti pelangi. Bisakah kita tangkap?"
"Tak boleh. tak boleh Lisa. jangan ditangkap."
langkah si bocah terhenti. Ia membalik."Kenapa tak boleh, Bie?
"Setiap mahkluk di beri kebebasan oleh Tuhan untuk bergerak. Bila kita menahan satu kupu-kupu itu pada suatu tempat,berarti kita telah menyakitinya. Coba, bagaimana perasaan Lisa kalau seandainya nenek tidak mengijinkan Lisa kemana-mana? Kalau seandainya nenek hanya mengunci Lisa dalam kamar Lisa?
"Tak mau. Lisa tak mau."
"Nah, begitu juga dengan kupu-kupu."
Mata bening cokelat itu mengerjap-ngerjap. perlahan sekali dagunya bergerak naik turun, mengangguk-angguk. Sebentar kemudian ia telah berbalik, kembali melangkah riang seraya mata bening cokelatnya berkelebat kian kemari:mencari-cari si pelangi?
Di belakang si bocah, bilah bibir Ira tak bosan-bosannya mengurak senyum. Pada kedewasaannya yang berangkat siang, tercermin jelas kesenangan yng berlebihan pada si bocah. Seandainya sang waktu seperti pita kaset yang bisa di putar surut, maka kasih sayangnya ke pada Lisa akan terbeber-tumpah dalam misteri rasa yang tak terjelaskan. Setiap kemudaan adalah gelora,dan Ira telah menyerahkan gelora itu kepada harapan.
"Lihat, mata perempuan itu segera menbayangkan sesuatu. Tapi, Bibie, lihat kupu-kupu yang itu. warna sayapnya seperti selendang kepunyan nenek. Kita tak boleh menangkapnya, ya?" si bocah mengusik.
"Iya Lisa manis,kata Bibie Ira sambil tersenyum."
Ira memandang ke langit senja,bibir Ira menyungging senyuman teramat manis. Bayang-bayang masa kecilnya bersama Deny, laki-laki yang di cintainya sejak kecil tergambar di sana.
mereka berlarian hingga jauh menaiki bukit dan masuk ke dalam hutan kecil. Dengan nakalnya mereka mengusik bunga-bunga teratai yang bermekaran sambil tertawa-tawa, tak takut oleh kesenyapan alam di sekelilingnya. Sesekali Deny memandang lama sekali. lalu menuding-nuding pipi Ira yang tampak kemerah-merahan seperti apel yang ranum.
"kamu tambah cantiiikkk sekali kalau ujung-ujung pipimu memerah. seperti bidadari yang mandi kolam teratai itu.
"Iiiihh, bukan bidadari, Deny,melainkan periiii....hhhiiihhhhh."
dan berlarilah dua anak SD itu susul menyusul di sertai tawa yang berderai. tanpa di sadari Ira tertawa kecil. Air mukanya berbinar hanyut oleh arus masa lalunya. Meski sudah lama, tapi masih demikian utuh tercetak di benaknya.
kenangan manis itu lekas sirna tatkala matanya berpulang pada kenyataan sekarang............................................
To Be Continue.....
Padepokan Halimun, 1 Desember 2010
Adzan Ashar baru saja turun. Sore mulai membentangkan warna senjanya. Aroma khas dari putik-putik rerumputan mengikis lingkaran emas merah langit sore itu.
Dengan rambut hitam gemuk yang di kuncir kuda dan dengan kehalusan khas kulit kanak-kanak yang seolah menjadi bersinar apabila mata cokelat bening itu membola, pita merah yang mengombak itu sungguh merupakan perpaduan yang keserasiannya tiada tara. Dalam pandangan Bibie Ira, bocah kecil Lisa tak ubahnya bagai putri raja dari negeri dongeng.
Pita itu telah menemukan tempat yang pas, begitulah Ira pikir. Dan ia menerima lonjakan-lonjakan Lisa dengan wajah yang seolah telah menyelesaikan sebuah pekerjaan yang rampungnya demikian lama.
"Manis sekali, Lisa. kamu sungguh amat manissss.....," dan ia membungkuk, menyelusupkan dagunya ke leher bocah yang tak lepas-lepasnya mengagumi diri sendiri di cermin yang telah lumayan buram di makan usia.
"Lisa manisss, Lisa maniiissss...! demikian si kecil bersorak."Bibie, pita ini untuk Lisa?"
Bibie Ira mengangguk. "Nah, ayo. Apa yang mesti Lisa ucapkan atas pemberian seseorang?"
"Terima kasih. Lisa mesti mesti mengucapkan terima kasih." Dengan gegas, diraihnya tangan Ira."Terima kasih, Bibie Ira."
Sekali lagi Ira mengengguk. Cerdas nian anak ini, pikirnya. "Ayo Lisa. Barangkali Nenek sudah menunggu. Mana tahu beliau menduga kalau-kalau kamu belum makan siang.
"Ah, Kak Wirma, Lisa sekarang sudah tambah besar, jika kau tidak cepat pergi, mungkin kau bisa memandang anakmu Lisa sekarang ini, desah Ira dalam hati."
Senin sore pertengahan tahun yang cerah, dan pohon kapuk tak henti-hentinya melepaskan seratnya yang halus lantas beterbangan dibawa angin. Ada yang membumbung tinggi, tapi ada juga yang menghentak turun lalu pada ketinggian tertentu kembali dihembus angin sehingga bergerak sejajar dengan rundukan rerumputan. Dan pada jalan setapak yang menyisir di persawahan desa, Ira membiarkan Lisa berlari-lari kecil mendahuluinya. Kupu-kupu dan capung beterbangan ramai, membuat bocah perempuan tujuh tujuhan tahun itu terkekeh-kekeh.
"Lihat kupu-kupu yang itu, Bibie Ira. warna sayapnya seperti pelangi. Bisakah kita tangkap?"
"Tak boleh. tak boleh Lisa. jangan ditangkap."
langkah si bocah terhenti. Ia membalik."Kenapa tak boleh, Bie?
"Setiap mahkluk di beri kebebasan oleh Tuhan untuk bergerak. Bila kita menahan satu kupu-kupu itu pada suatu tempat,berarti kita telah menyakitinya. Coba, bagaimana perasaan Lisa kalau seandainya nenek tidak mengijinkan Lisa kemana-mana? Kalau seandainya nenek hanya mengunci Lisa dalam kamar Lisa?
"Tak mau. Lisa tak mau."
"Nah, begitu juga dengan kupu-kupu."
Mata bening cokelat itu mengerjap-ngerjap. perlahan sekali dagunya bergerak naik turun, mengangguk-angguk. Sebentar kemudian ia telah berbalik, kembali melangkah riang seraya mata bening cokelatnya berkelebat kian kemari:mencari-cari si pelangi?
Di belakang si bocah, bilah bibir Ira tak bosan-bosannya mengurak senyum. Pada kedewasaannya yang berangkat siang, tercermin jelas kesenangan yng berlebihan pada si bocah. Seandainya sang waktu seperti pita kaset yang bisa di putar surut, maka kasih sayangnya ke pada Lisa akan terbeber-tumpah dalam misteri rasa yang tak terjelaskan. Setiap kemudaan adalah gelora,dan Ira telah menyerahkan gelora itu kepada harapan.
"Lihat, mata perempuan itu segera menbayangkan sesuatu. Tapi, Bibie, lihat kupu-kupu yang itu. warna sayapnya seperti selendang kepunyan nenek. Kita tak boleh menangkapnya, ya?" si bocah mengusik.
"Iya Lisa manis,kata Bibie Ira sambil tersenyum."
Ira memandang ke langit senja,bibir Ira menyungging senyuman teramat manis. Bayang-bayang masa kecilnya bersama Deny, laki-laki yang di cintainya sejak kecil tergambar di sana.
mereka berlarian hingga jauh menaiki bukit dan masuk ke dalam hutan kecil. Dengan nakalnya mereka mengusik bunga-bunga teratai yang bermekaran sambil tertawa-tawa, tak takut oleh kesenyapan alam di sekelilingnya. Sesekali Deny memandang lama sekali. lalu menuding-nuding pipi Ira yang tampak kemerah-merahan seperti apel yang ranum.
"kamu tambah cantiiikkk sekali kalau ujung-ujung pipimu memerah. seperti bidadari yang mandi kolam teratai itu.
"Iiiihh, bukan bidadari, Deny,melainkan periiii....hhhiiihhhhh."
dan berlarilah dua anak SD itu susul menyusul di sertai tawa yang berderai. tanpa di sadari Ira tertawa kecil. Air mukanya berbinar hanyut oleh arus masa lalunya. Meski sudah lama, tapi masih demikian utuh tercetak di benaknya.
kenangan manis itu lekas sirna tatkala matanya berpulang pada kenyataan sekarang............................................
To Be Continue.....
Padepokan Halimun, 1 Desember 2010
- Anda, Kirana Senandung Alam, Muhammad Yazid Musyafa, Cakrawala Senja Kayla, dan 26 orang lainnya menyukai ini.
- Ezzyla Fi Manis prosamu bro...
cerpen indah..
jadi ingin kembali kemasa kecil dch..>:
ditunggu sambungan na
pasti nanti mengharu biru ya...hehhehe
met mlm brother n salam hangat..~,*.. - Andrie Enrique Ayyas Camarena @Gaguk :hehehehehe, asyiikkk.
yang ngikut selamet..hehehehe
salam hangat bro - Andrie Enrique Ayyas Camarena @Zy ;hehehehe, koq tahu sis?
udah megap-megap nih..hehehe
met malam sis
salam hangat y - Ezzyla Fi Karena episode pembukanya manis..hehehhhe...
lanjut ea bro..
wasalam Zy..*,~.. - Andrie Enrique Ayyas Camarena @Zy :hehehehehehe, insyaallah sis
di tunggu ya..hehehe
terima kasih sis - Elo Ruswala iklan dulu....! Hahaha...
*kutunggu lanjutannya dg penuh harap...hehehe - Andrie Enrique Ayyas Camarena @Elo :hahahahaha, iya nih
dananya kurang jadi sinetronnya di tunda dulu
ok Mas.hhahahahaha
terima kasih udah hadir
salam hangat Mas Elo - Andrie Enrique Ayyas Camarena @Clyte ;hahahahahaha..
awas bro..hati-hati ya..
maaf nih, iklan dulu ya..
salam hangat bro - Andrie Enrique Ayyas Camarena @Clyte ;hehehehe, makasih bro
met malam bro.hahahha - Andrie Enrique Ayyas Camarena @yang udah ngasih jempol :terim akasih sekali ya
salam hangat dan hormat buat kalian semua - Andrie Enrique Ayyas Camarena Off dulu, ngantuk nih..
met malam buat semua ya
terima kasih atas semua jempol dan apresiasinya..hehehehehe - Dee Wijayanti hmmmmm....asik neh cerpennya....tp tobe continued hikz...putus deh owalah......kikikikiki...a
nyway thks ya like it pokonya mah Cliing!!!..... - Varikesit 'ra To Be Continue, saya tunggu kelanjutannya, ya brad ya...ya...
cerpen yang menikamku kemasa silam. - Andrie Enrique Ayyas Camarena @Dee :hehehehe, sis terima kasih ya
met pagi
salam hangat dariku - Andrie Enrique Ayyas Camarena @reno :hehehehe, mari kita menunggu bersama saudaraku
salam hangat ya - Andrie Enrique Ayyas Camarena @Varikesit :hehehehe, insyaallah brader
salam hangat ya - Andrie Enrique Ayyas Camarena @Dian ;hehehehehe,pelangi rinduku pagi ini mulai cerah sis
terima kasih ya
salam hangat sis - Ksatria Obong hmm, manis sekali kisahnya nih
deres hujan semalam, gak taunya disini munculnya pelangi
hehehe
sip, kutunggu kelanjutannya bro
sembari ngopi duyu deh
hehehe - Reski Kuantan wah, bersambung ya...
aku tunggu....
ehehe
salam hangatku - Andrie Enrique Ayyas Camarena @Khaga :hehehehe, semanis kopi kita bro
mari bro kita bersulang untuk kehangatan hari ini
salam hangat ya - Andrie Enrique Ayyas Camarena @Reski :hehehehe, terima kasih sob
salam hangat ya - Andrie Enrique Ayyas Camarena yang udah ngasih tambahan jempol, terima kasih ya
salam hangat dan hormat buat kalian semua - Olan Sanseviera Bikin penasaran aja nih mas.
Nuansanya cantik jadi ingin ke sana - Andrie Enrique Ayyas Camarena @Olan :mari saudaraku aku antar ke sana..hehehehe
salam hangat ya - Neogi Arur yaa, to be continue, nunggu ah ...
keren selalu mas
salam hangat. - Marsya Aqilla kalo gene ceritanya, wajib nge-tag sy nih yg part II, hehehe...jempol deh !
- Andrie Enrique Ayyas Camarena @Nu :hehehe, terima kasih saudaraku
salam hangat ya - Andrie Enrique Ayyas Camarena @Seroja :terima kasih sis,hehehehehe
salam hangat ya - Andrie Enrique Ayyas Camarena @Ra :hehehehe, masih mega--megap nih Ra
salam hangat ya - Andrie Enrique Ayyas Camarena @Salju :hahahaha, soalnya aku mau pake namamu
tapii aku nggak tahu nama aslimu sis
terima kasih sis
salam hangat sis - Muhammad Yazid Musyafahmm.. :)
".....................
Kami tujuh warna
Masing-masing dari kami merangkul rasa
Dan tujuh siluet mengambang cakrawala
Untuk pertanyaan, untuk menyelesaikan
Melambai ...
Dengan semua masa kecil kita
Membiarkan wajah hilang di belakang kekacauan itu..."
(note Pelangi) :D - Andrie Enrique Ayyas Camarena @yazid ;hahahaha, mantab saudaraku
kayaknya aku mulai menyukaimu..heheheh - Andrie Enrique Ayyas Camarena hahahahahaha, wah dasar ninja
sukanya menghilang..hahaha
awas hati-hati di depan ada mobil nanti nabrak loh.. - Muhammad Yazid Musyafa ndak lah...
(saya beri bocoran: mas husni hamisi sudah mengajari saya ilmu meringankan tubuh yg baik & benar, jadi tinggal wuzzz saja, mas :) - Andrie Enrique Ayyas Camarena wah curang aku di kadalin wae..hahahahaha
- Andrie Enrique Ayyas Camarena @Yazid :nanti aku juga minta di ajarin sama mas husni..hohihihihihi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar