Jumat, 06 April 2012

Puisi Bumi

Puisi Bumi

oleh Andrie Enrique Ayyas Camarena pada 16 Oktober 2010 pukul 21:40 ·
Puisi Bumi

Peti Mati dan Patung Giok
: Husni Hamisi
Salam hangat dan hormatku untukmu Brad,


aku memberimu peti mati
dengan patung giok penjaga
berwarna hijau  pualam
yang kuselipkan di jantungmu
sebagai nyawa yang berdetak

aliran darah perut bumi
masih mengalir di ujung nafas
menunjuk asap dupa
yang tersekat kata-kata
di ruangan sempit
dengan gapura kayu bercat hitam
dan beratap ijuk

cahaya rembulan yang membelah angin
keluar dari ubun-ubun kepala
lalu kau simpan di ruas bambu
menjadi seruling,
yang bunyinya menggetarkan malam

patung giok tersumpal di mulut
menyelinap di bulu mata
yang berjatuhan di ranting pohon
di tingkah burung hantu
yang bertutur kata seperti ammatowa
dengan tanduk kerbau pipih

kata-kata yang kau senandungkan
masih semerdu seruling
yang membawa ruh doa-doa
ketika  menari-nari di makam ibu



Tembang Tempo Doeloe
:Aras Sandi
Salam hangat dan hormatku untukmu Mas.


mahar telah terkunci di hatimu
tertutup dan berkarat
ketika kau membaca puisi cinta
anjing-anjing penjaga neraka akan terikat
dengan kehangatan huruf-huruf senja
yang mengelilingi awan

cinta ibarat punggung tangan ibu
lembut dan halus di genggaman
ketika menuntunmu berjalan
dan selalu kau cium di kala kecil
sampai nafas terpisah
di liang lahat

ketika kau merasa rindu
hatimu akan tersobek
oleh rasa saling  berkejaran
di bayang-bayang kelabu

kau adalah kisah hati diantara hati
yang cerdas dan memikat
terkikis oleh jalur yang menyempit
berserakan dengan debu-debu
beterbangan di lereng gunung
kemudian menempel di bunga-bunga

cintamu menapak kuat
bagai kaki kuda menginjak bumi
yang membekas di hati pengelana
seperti tembang tempo doeloe



Jawaban Seri Penanggalan Keramat (33) : Catatan-Catatan Kecil Pekan Kedua Oktober 2010.
: Ate Aza
salam hangat dan hormatku untukmu Brad


04 Oktober 2010

cahaya itu masih menempel di pelupuk matamu, mengalir di pelataran hati di laut biru. kau lihat aksara ini? itulah cinta yang tertanam di ufuk timur. semua hanya praduga semu yang hilang misterius.
aahhh.....debu-debu menari-nari dan beterbangan menandai petang menuju malam. tapi hujan masih kau terawang di balik wajah tanpa mengucap sesal di rangkaian jemu. Aku masih menunggumu di bawah temaram lampu itu, hanya untukmu dan esok hari. jemputlah kasih, jangan terus menundukkan hatimu, bukalah dengan kunci yang telah kurangkai dalam bayang paras wajahmu. awan-awan putih menata nyanyian purba yang rutin kau dendangkan tanpa cahaya, tanpa mimpi dan aksara. Jua tanpa kedatatanganmu.

05 Oktober 2010

Mataku adalah gambaran hatimu kasih. bahagiaku menanti kata cintamu yang menetes bagai embun di hitamnya bola matamu. tak ada sesal silam yang tertulis di raut wajah ini, semua sudah kau genggam dalam topeng yang kau kecup di bibirku. jangan tertawa jika semerbak wewangian ini basi di sepenggal malam. jingga, ungu, violet atau senada warna terus menanti jawaban pelangi cintamu. semua ku persembahkan di dinding langit hatimu yang kusematkan di jemari tanganmu. tiada duka dan derita yang terbias warnanya untuk sebuah lara yang selalu kau jadikan beranda yang bersemayam tanpa berkesudahan. cintaku bukan topeng senja di bola mataku, semua masih masih seperti dulu dan hanya untukmu.

06 Oktober 2010

kenapa kau masih berdiri di situ kasih? hatiku terbuka sedari dulu, luasnya cintaku masih terbayang rindu. Inilah jalan pulangmu, jangan kau pergi lagi dariku, hanya dirimu yang bisa mengusir galau sedihku. kata-kata cintaku seharusnya sudah kau dekap di lekuk-lekuk hatimu yang tersenyum lembut tanpa kebekuan bagai salju.selamanya duduklah di hatiku, temani aku dan jadi belahan jiwaku yang sepi tanpamu. rinduku bukan kata perpisahan yang hilang di jejak-jejak yang kau jejalkan di bahasa kasihmu.

07 Oktober 2010

Semua bukan dendam yang terbersit di benakku. bukan pula bilangan nominal nol dan nol. aku hanyalah insan yang ingin merasakan cinta dari hatimu selamanya, apakah itu salah kasihku? niat ini masih kau baca dalam sesalmu yang kian dekat di bayang wajahmu. Musim-musim yang berganti terus berjalan menandai lingkaran penadah kata di tarikan nafasku. sosokmu masih berarti bagiku dan bukan sekedar kabut tipis yang akan hilang perlahan-lahan. ini bukan pujian yang sering kau katakan di bola matamu yang terbayang di cahaya rembulan dan tawa gemintang. oh, kau lihat, kolom-kolom dan jalur ini masih terhubung dalam simpul-simpul bahagia? ini adalah fakta yang tersayat-sayat yang kau beberkan tanpa kata mufakat. bacalah dengan niat di sepanjang hayat yang terselubung ambisi yang bergerilya di bilik hatimu.

08 Oktober 2010

kasihku, cintaku masih menumpuk dan bukanlah kesia-siaan semata. Ini bukan rayuan dan bujukan penuh keragu-raguan yang akan hilang bersama debu-debu serpihan yang terburai. kata-kataku bukan kebohongan di lorong-lorong gelap yang lelah kau hadirkan di raut wajahmu. lelah tiada arti tanpa cintamu di sampingku. cintaku tak akan berubah tetap seperti dulu, tiada pula berubah menjadi warna -warna pelangi kebencian. Diantara kita sebenarnya masih ada rasa cinta yang terus merekah di pelataran jinggaku, percayalah kasih, semua bukanlah praduga hatimu yang sering kau ucapkan di ujung malam-malamku.jangan kau lepaskan cinta yang telah hadir meski telah menjadi kenangan kekecewaan. kau tahu kasih, angin rindu akan mengubah kemustahilan menjadi kenyataan.

09 Oktober 2010


Wajah kekasih yang kau rindu bukanlah keniscayaan
Bulan pernama yang sempurna berpijar
masih kau genggam bersama angin kerinduan
Bintang-bintang di langit masih bergetar
dalam wajah hadirmu


Wajah kekasih masih seperti dulu
Bersenandung rindu tanpa rasa lelap yang mendalam
Seutuhnya untuk keyakinan
yang terjerat sunyi


10 Oktober 2010

kasih, jika kau merasakan cinta yang kau pilih untuk bersua penuh rasa yang mendalam. percakapan kita bukanlah nafsu yang bergolak datangnya. kuingin bersua dalam permainan damai bersama tuk sebuah keyakinan. keringat dan mandi peluh dalam kisah cinta ini terus saja kau inginkan. bukankah jiwa rapuh dan ringkihku bisa kau rasakan? kau yang sering menunda kebersamaan sepanjang usiaku. ku hanya ingin bersandar sejenak di sudut jiwamu yang sungguh terasa mendalam di tiap langkahku. jangan kau muntahkan cinta ini, karena semua sudah tertulis di garis hidup kita. kasih, aku masih mencintaimu selamanya



sahabat silahkan masuk
berandaku terbuka buat semua

Padepokan Halimun, 16 Oktober 2010
· · · Bagikan · Hapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar