Selasa, 03 April 2012

Histologi Cinta 6

Histologi Cinta 6

oleh Andrie Enrique Ayyas Camarena pada 9 Oktober 2010 pukul 23:16 ·
 
Histologi Cinta 6

07 Maret 2004

Ketika Bunga-Bunga Cinta Bersemi dan tak Pernah Usai

Sepasang mata beningmu telah meliputi seluruh lekuk-lekuk relung hatiku. Gigimu putih kecil-kecil, bagai mutiara diantara bibir yang merekah.  Dulu ketika aku mengucapkan cinta,  dirimu merasa bagaikan di kelilingi berjuta bintang pelipur lara yang bersinar terang. Ku tahu, hatimu tak tertutup ketika kata cinta itu mengalir semerdu aliran sungai dewata. kau mendengar dan membaca mimik wajah serta gerak tubuhku yang bergejolak, hatimu yang membeku seakan-akan mencair, mengaliri lembah-lembah yang bersenandung lemah gemulai indah mewarnai pelangi hati.

kau seperti pohon cinta yang tetap bertahan walaupun angin dingin bertiup, tetap tegar meski tiada sehelai dedaunan, bahkan terus berbunga tak mengenal musim dan udara dingin membeku, betapa kuat dan hangatnya suasana yang kau berikan kepada pengelana yang merindukan mentari seperti diriku.

Langit biru bening berhiaskan awan-awan putih yang menari-nari terus bersemi di ruang rindu. Angin kutub yang dingin berhembus kuat, dahan-dahan dan ranting meliuk bergoyang-goyang, mendendangkan lagu merdu. kau masih menatap pohon cinta yang bermekaran, bunga-bunga itu akan terus tumbuh mekar merekah seperti harapan yang tak pernah hilang.

Senyummu selalu mendebarkan hati, membangkitkan tetesan hasrat yang mengalir mengalun di puri-puri asmara. Bintang kutub selatan tampak bersinar terang, angin berhembus perlahan, menyibak butir-butir air dan embun di dedaunan, yang membasahi kelopak bunga-bunga rindu.

Pelukanmu membuat jantungku berdegup kencang, rasanya ingin kusandarkan jiwaku di geraian rambutmu. Jauh di ufuk timur, akan muncul matahari yang membawa kehangatan, membangunkan kelopak-kelopak bunga cinta untuk menyambut mentari pagi.



05 November 2006

Sentuhan Alunan Rindu

kau seperti matahari yang sinarnya baru mulai meredup menjelang malam hari. Cahayamu  bagaikan organza bersulam benang emas, bermotifkan bunga-bunga yang tampak menarik jika di cermati. Petang hari, paras wajahmu tetap berseri, dengan keasyikan seorang anak kecil dalam mainan kotak-kotak pasir di tepi pantai. Belum lama berselang kau memangkas habis rambut hitammu, hingga di atas tengkuk, potongan anak lelaki muda membuat tubuhmu jauh lebih kurus.Imajimu yang menggambarkan "kekacauan yang diatur estetis" atau boleh dibilang penampilanmu jauh lebih indah dari potretmu menatap luas di angkasa putih.
"Aku memang seorang perfeksionis," katamu sambil menghirup kopi hangat di gelas mug.
"Cintamu yang mengalir bisa menyempurnakan cinta yang kurang sempurna."

"Cinta itu harus terasa enak dan manis meski berduri, sederhana tapi tampak mewah dan elegan serta memikat mata hati. Menyentuh dan menyesuaikan merupakan  aliran utama cinta. Jangan takut mengubah dan mengganti jalinan komunikasi yang monoton, kalau perlu warna pelangi diubah menjadi warna perak biar wajah tampak lebih bersemangat,"ujarmu sambil mengalungkan scraf diatas kedua bahumu.

"Kalau dasar-dasar cinta telah terpegang, maka tinggal menyesuaikan dengan yang lain. Sentuhan yang tepat akan membuat cinta tampak lebih indah, mahal dan mewah. Tonjolkan yang paling baik lalu samarkan yang paling buruk. Sempurnakan sisi positif dan kurangi sisi negative."

"Rasa cinta bisa mencerminkan feminitas yang sesungguhnya dari seorang wanita, ikuti alirannya dengan menajamkan naluri."
"Cinta bukan sekedar kata-kata yang terucap,"tegasmu, "tapi lebih menekankan pada tindakan dan perilaku di depan pasanganmu. Percaya atau tidak, kata-kata yang terucap di mulut bisa membuat gila."


Para Sahabat, silahkan masuk
berandaku dengan senang hati menyambut kalian


Padepokan Halimun, 09 Oktober 2010








· · · Bagikan · Hapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar