Jumat, 06 April 2012

Dalam Wajah Cinta

Dalam Wajah Cinta

oleh Andrie Enrique Ayyas Camarena pada 13 November 2010 pukul 23:03 ·
 
Dalam Wajah Cinta
: Aloha, Om S Che Hidayat
Salam hangat dan hormatku untukmu Om.


Ombak bulan juli rebah di pangkuan langit. Honolulu di pulau Oahu dan Kealia di Pulau Kaui, kau dan aku bersanding melabuhkan cinta yang tertambat dalam pilu dan rindu. kujadikan tempat itu istana sang pecinta jika sedang terluka ketika  melabuhkan sakitnya. Wangi harum Canoe Cologne bercampur dengan Estee Lauder menghiasi lesung pipitmu sebelum cahaya bulan meninggalkan bekas gigitan cintanya. Dua minggu di Kaauna Loa Village membuai api unggun penari hula-hula yang menari di rerumputan.

Asap rokok  Marlboro yang terselip di bibirmu, melayang-layang ke udara membiaskan cahaya rembulan keseluruh alam raya dan memantulkan cahaya kemilau pada dedaunan yang bergoyang-goyang di hempas angin musim hujan yang dingin dan basah. Ketika kau berpaling, kabut malam mulai menetes perlahan-lahan di kejauhan dengan perasaan resah, seperti perubahan hatimu.

Langit malam semakin temaram. Bulan purnama menaiki titian langit dengan tenang dan anggun, bayangannya jatuh menari-nari di permainkan angin dan ombak di permukaan laut. Aku menengadah memperhatikan rembulan yang bergeser perlahan-lahan dan menggeliat di ranjang pesiar langit, tempatmu biasa tertidur dan menutup jendela hatimu. Membiarkan kegelapan malam mendekam di luar dan berdenting mengisi keheningan.

Malam semakin larut. Bulan purnama melambung menaiki tangga-tangga langit yang jernih kelabu, sinarnya berderai lembut memantulkan kilauan lembut yang meriak-riak di permukaan laut. Terdengar suara nyanyian burung-burung malam sayup-sayup hilang timbul tenggelam di antara suara desau angin dan desah ombak. Bulan berlayar semakin jauh dan lepas,  bayangannya yang tertinggal di laut seperti pecah menjadi ribuan keping sinarnya yang berguncang di hempas dan di ayun ambingkan ombak.

Pertemuan  itu akan selalu ku kenang sepanjang hidupku. kehidupan, kecantikan dan senyummu yang berlesung pipit, semua itu telah ,memberi gairah dan warna tersendiri pada kehidupanku. kau adalah bagian dari hidupku tak akan kurahasiakan kepada Tuhan jika suatu saat Dia memenggilku. Hukuman apapun yang akan dijatuhkan padaku pada hari kematianku akan kuterima. Aku mau agar Tuhan mencabut nyawa kita malam ini, agar tak ada perpisahan esok hari.

Rembulan melabuhkan diri di tepian malam di ujung laut. Sinarnya yang lembut di tariknya terbenam kedasar lautan perlahan -lahan. Ombak berlarian bergulung-gulung berpacu dengan angin yang berhembus dari timur jauh. Alam menjadi hening dan sunyi.

Kasih jika aku punya sayap, akan kuberikan padamu agar kau bisa terbang menemuiku dan melihat-lihat dunia impianmu. Hati ini adalah pulau tempat kamu yang sedang terluka melabuhkan sakitmu dan menjadikannya tempat menambatkan cinta jika kau merasa pilu dan rindu. Aku adalah perahu yang tersesat haluan mencari dermaga tempat berlabuh dan kau adalah burung yang terbang mencari sarang tempat bercinta. Kita berdua tersesat di laut lepas dan saling menemukan satu sama lain di satu pulau.

New York, Musim Panas 1993
Teriring salam untuk Artati Sumitra dan Naoko Ichizono

Padepokan Halimun, 13 November 2010



· · · Bagikan · Hapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar