Selasa, 03 April 2012

Histologi Cinta 4

Histologi Cinta 4

oleh Andrie Enrique Ayyas Camarena pada 30 September 2010 pukul 18:09 ·
 
Histologi Cinta 4

Solo, 17 Januari 2005

Bunga Rindu Di Ruang Hatimu

Musim hujan tiba. Aku di Solo, kau di Sukabumi dan belum pernah aku sebosan ini. Membaca, nonton teve, malas-malasan di tempat tidur. Aku benar-benar kehabisan kegiatan. Suara kendaraan mulai cerewet dan berisik di luar. Liburan yang menyebalkan.

Dear Diary, Minggu ini sungguh fantastis, luar biasa, menggairahkan dan mendebarkan hatiku. Tebak siapa yang datang? Kau.
Perasaanku tak karuan, kau ternyata tambah cantik dan manis. Sudah 3 bulan ini kita terpisah. Kemarin kau datang tiba-tiba, membawa setangkai bunga penuh kerinduan. kau adalah wanita yang menyenangkan, mungkin satu-satunya sejak masa kanak-kanakku. kau terbuka  soal apa saja, dirimu, keluarga, teman-temanmu dan masalah-masalahmu. kalau saja aku juga mempunyai banyak masalah, mungkin aku ganti yang cerita.

kau bilang 3 bulan ini banyak pekerjaan yang menumpuk sebelum kau datang ke sini. lalu kau menciumku, ciuman seperti yang kuimpi-impikan selama ini. Yang menyiratkan rasa sayang, suka, gairah, hormat, kagum, lembut, dekat, cinta dan rindu. Padahal dulu waktu pertama kali ku cium, kau bilang takut hamil, sehingga tidak bisa tidur tanpa obat tidur. Akhirnya kau datang bulan! ketika kau menelponku, belum pernah kau sebahagia ini. Sekarang kau tak perlu lagi menelan obat tidur dan obat penenang. kau sudah kembali menjadi dirimu lagi.

kau memberiku sepasang hati merah delima, "hati ini untuk membangkitkan semangatmu, kalau ciumanku hanya meredam gejolak perasaanmu," sambil mengecup bibirku.

kau datang bagai munculnya sekuntum bunga mawar cantik di antara gerik perdu dan ilalang yang menghampar di bawah kaki gunung para  pujangga cinta. Kuntum bunga itu merunduk-runduk, menikmati belaian angin pegunungan yang nyaman. harum wanginya menebar ke seluruh penjuru lekuk bukit, menyapa duka nestapa yang terserak diantara rimbunnya alam menghijau dan gemerisiknya batang-batang padi yang membentang.

Matamu berpendar, kerdipan bulu matamu seakan memanggil-manggil kenangan masa lalumu. kau memang penuh dengan obsesi, meski kadang kau menepis angan yang melentur untuk sekedar meredakan nafasmu yang melengkapi keringat yang mengucur di lembutnya keningmu yang mengering oleh hembusan angin di bawah pohon rindang di bawah sinar matahari yang mulai terasa meyengat.

kalau ujung pipimu memerah , seperti bidadari yang mandi di kolam teratai. kau memang pandai mengusik bunga-bunga teratai hatiku yang bermekaran dan tak takut oleh kesenyapan alam di sekelilingnya.



Solo, 14 April 2008

Perspektif Dirimu

Bagiku, dirimu adalah sosok wanita yang lebih manusiawi dan realistis lengkap dengan sisi positive dan  negative. Dirimu bukan wanita stereotif dengan tekstur hitam putih semata. kau memang sosok yang menarik hati untuk di tampilkan dan tetap menjadi primadonaku yang menempati rungan khusus di hatiku.

Dirimu adalah contoh wanita versi baru di  abad 21 yang menunjukkan rasa yang belum pernah terungkap sebelumnya. kau lebih dari sosok yang memiliki nafas kehendak untuk menyatakan keinginan dan sikap, meski kadang bersifat liar dan bebas. Sosok yang kuat, berintelektualitas tinggi dan mandiri. yang membuatku tergila-gila padamu. memang sulit membahas sosokmu secara terpisah-pisah.

kau, seperti yang diperlihatkan dalam kehidupan cinta kita juga dapat membodohiku, karena kadang aku sulit menilai hatimu yang masih misterius. Dirimu sering menyerangku lewat daya tarik sexsualmu, kutahu betapa pesona seksualmu sering mampu melumpuhkan pertahanan mentalku. jauh di balik nafsuku, ada sesuatu yang berada di luar kontrolku, yang selalu bisa kau kendalikan dengan tirani seksualmu. kau yang sebenarnya menjadi sutradara dan menguasai drama cerita percintaan kita.

kecantikan paras dan hatimu, lambat laun dapat merasuk dan mengontrol hatiku, sampai-sampai diriku adalah cermin dirimu yang selalu lermah lembut serta tegas dalan bersikap dan bertutur kata. Dirimu, sangat bagus dan kuat memainkan mimik di drama percintaan ini, serta ada rasa melankolismu yang sering menetralkan suasana.

kutahu, potensi dan kualitas dirimu sebagai seorang wanita bisa melebihiku dari segi apapun. Kini ku tahu bagaimana harus bersikap, aku masih ingin melanjutkan cerita ini dan tidak ingin menutup semua drama kisah cinta ini.


Padepokan Halimun, 29 September 2010


· · · Bagikan · Hapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar