Jumat, 06 April 2012

Puisi Api dan ES

Puisi Api dan ES

oleh Andrie Enrique Ayyas Camarena pada 8 November 2010 pukul 16:07 ·
Puisi Api dan ES

1.
Awan Panas

Angin sore mengendus-ngendus
berkejaran di bawah langit, yang bercerita tentang awan
yang membawa sayap dari tiang-tiang mentari
menerbangkan debu panas dan dedaunan
yang berwarna kuning kecoklatan
burung-burung bunga kamboja mulai rontok
jatuh melayang-layang di batu nisan
sebagian berlari dengan gusar
dan hanyut menempel di gundukan tanah

lahar merapi berdendang, seperti genderang perang
yang rindu pada suara-suara tak bertuan
bagai dentuman palu godam
yang siap meremukan kepala
dan awan-awan panas yang membakar malam
membuka pori-pori kulit bercampur belerang

air mata yang menetes, tunduk pada tanah
kaki dan tangan berdoa di tengah getaran yang di tikam malam
awan panas  menjerat sukma
memabukkan nafas yang diam-diam beranjak pergi

nyawa yang bertandang saat mentari terbit,
mulai tampak punggung di kala senja
dengan mengucap salam santun
bagaikan debu yang menyelinap di daun pisang
tersebar tertiup angin
dan menari-nari di pelupuk mata

bola api yang menyala terus mengutuk
membakar hati yang hitam pekat
hangus penuh luka dan bernanah

awan panas bergeser membakar,
membara di tubuh tanah asal
bergoyang ke kiri dan kanan
berputar menjilati sawah ladang
kemudian menerjang, menghanguskan ilalang
yang tertidur dan tumbuh di kali kuning dan gempol

tarian kematian berjatuhan di sudut-sudut ruang yang terpejam
membakar sarang  langit-langit  kamar
dan kelambu foto pengantin
yang tergantung di dinding rumah

tapi di sini, Allah mengirimkan rahmatNya
bagai tarian  para bidadari surga
yang di bawa oleh anak-anak angin
mereka menyiram bumi dengan kesejukkan
menyuburkan tanaman yang terlelap
sampai di ujung-ujung kaki
untuk semua makhlukNya
yang sering bertanya dan pulang



2.
Salju
: Yasindra ( Ayyas ), anakkku
Nak, ayah sangat mencintaimu

kala malam, saat salju turun
bantal-bantal di ranjang kecilmu mulai tersenyum
yang sering basah dengan air matamu
di kaca jendela yang berembun
dengan bulatan-bulatan kecil untuk ke dua matamu
yang kau lukis di bayangan malam
untuk melihat salju terakhir yang jatuh ke bumi
dari kusen jendela kamar tidur

seperti menanti berabad-abad di pusaran waktu
sebelum udara dingin menerpa ruang hatimu
dan seberkas sinar beku menutup matamu
yang terselimuti butiran salju
di malam yang bersayap kabut

bagaikan bunga es,
tawamu tumbuh di dataran yang membeku
yang terbungkus selendang kutub
tempat kau membenamkan wajah mungilmu
lembut putih dan tak berdebu

kutelusuri bentuk wajah polosmu
yang tertulis pada jejak sejarah di pulau-pulau bersalju
dengan jari-jari tinta, yang tertuang ribuan kali
setiap lembar rambutmu adalah jantungmu
mereka di hiasi dengan bulu-bulu, yang turun beterbangan di hatimu

aku ingat, ketika kau mebuat salju
dari sobekan kertas yang tercabik-cabik
lalu kau lempar ke udara
"lihat , ada salju", katamu
sambil berputar kegirangan

saat jendela di tepian tirai terbuka,
angin malam yang dingin berembus pelan
dan saljumu beterbangan ke udara
dengan tertawa riang,
kau menari-nari mengelilinginya
salju yang cantik,
secantik hatimu yang lembut

yang berkejaran di kakimu
adalah anak-anak salju
pembawa cahaya beku
di bawah bulan purnama

kau berlari menyambut hujan salju, di lautan beku
sambil membawa foto ayah ibu,
yang kau bungkus dengan selendang rindu
salju semakin lebat,
matamu terpejam ketika angin dingin mengacak-acak rambutmu

ketika kau membuka mata,
rembulan di penuhi butiran-butiran salju
yang jatuh dari langit
bayangannya menerpa bulu mata dan hidungmu

bunga-bunga salju mendarat di telapak tanganmu,
lembut empuk, kemudian basah dan mencair
lalu menetes pada keping-keping tanpa kuncup
yang terekam di tiap geliat waktu

kau menatap langit, yang tertutup awan tebal
dengan mulut terbuka dan lidah terjulur
seakan-akan ingin menagkap salju dengan mulutmu
yang selalu berbisik dam mencubit lembut hatimu

* para sahabat silahkan masuk
ada hati yang tak tersekat

Padepokan Halimun, 08 November 2010


· · · Bagikan · Hapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar