Kamis, 29 Maret 2012

Secangkir Teh dalam Puisi


Duduklah di sampingku,
Meski hanya minum secangkir  teh
Seteguk saja, entah  hangat atau panas,
Tunggulah, hingga dia mencuri urat nadi
melunakkan debaran jantung
lalu, menggantung hatimu di langit langit
Rasa itu berjalan  memetik kenangan, pelan pelan
Bahkan saat ” clubbing” di night club,
Atau sakau menembak otakmu

Seperti mawar inggris, bermekaran pada musim musim sunyi
Merah, kuning, berlekuk tajam
Menantang  langit biru
sekali pandang,
its look vintage and romantic
tapi, dia tidak mengenal kelopaknya,
kelopak yang  gemuk, seperti  cangkir  teh
berlumuran  susu krim manis, menciptakan awan cerah
menggantung

Tapi, ada sebuah strawberry liar
di kelilingi daun hijau kecoklatan
Menyerupai rindu, terbujur kaku
Mati, di tatakan cangkir, dengan bibir melengkung kecil
Berserat kasar, seperti duri mawar tua
Menusuk  musim gugur
Apakah itu kau?

Maka,  pulanglah ke rumah
Minum teh sebentar saja
di bawah kilau lembut  rembulan
dengan cahaya pecah belah, transparan
Seputih tulang tulang batu granit

Agar kau tahu, bagaimana menghangatkan  cinta


Padepokan Halimun, 20 Maret 2012



Tidak ada komentar:

Posting Komentar