Duduklah di sampingku,
Meski hanya minum secangkir teh
Seteguk saja, entah hangat atau panas,
Tunggulah, hingga dia mencuri urat nadi
melunakkan debaran jantung
lalu, menggantung hatimu di langit langit
Rasa itu berjalan memetik kenangan, pelan pelan
Bahkan saat ” clubbing” di night club,
Atau sakau menembak otakmu
Seperti mawar inggris, bermekaran pada musim musim sunyi
Merah, kuning, berlekuk tajam
Menantang langit
biru
sekali pandang,
its look vintage and romantic
tapi, dia tidak mengenal kelopaknya,
kelopak yang gemuk, seperti
cangkir teh
berlumuran susu
krim manis, menciptakan awan cerah
menggantung
Tapi, ada sebuah strawberry liar
di kelilingi daun hijau kecoklatan
Menyerupai rindu, terbujur kaku
Mati, di tatakan cangkir, dengan bibir melengkung kecil
Berserat kasar, seperti duri mawar tua
Menusuk musim
gugur
Apakah itu kau?
Maka, pulanglah ke
rumah
Minum teh sebentar saja
di bawah kilau lembut
rembulan
dengan cahaya pecah belah, transparan
Seputih tulang tulang batu granit
Agar kau tahu, bagaimana menghangatkan cinta
Padepokan Halimun, 20 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar