Sebuah pesan yang kau titipkan di lidahku
oleh Andrie Enrique Ayyas Camarena pada 30 Oktober 2011 pukul 20:52 ·
Sebuah pesan yang kau titipkan di lidahku
Sejenak, malam menyapa malu malu
Dari batu batu itu dan sunyi, melingkar tak bertepi
Merekam bayanganmu, tertangkap dinding kanvas
Mengusap deburan ombak ditengah hati
Dan Sorot mata kelabu,
sebuah strawberry liar di musim semi
Menutup wajah mudamu,
seolah jejak dari foto pertama
Di suatu senja
Malam mulai menua. Berkerut kerut.tersipu malu malu. Wajahnya hangat dan ceria. Dan malam, tetaplah malam. Seperti malam malam sebelumnya. kerap didera rindu. Tak tertahan sepanjang hidupnya. Cahaya bulan berpesta riang. Menjadi ingatan di kepala. Mengikat dan membuang segelas nalar yang menciumi sekujur tubuh. Dan saat aku berdiri di depan lemarimu. kenangan menjadi hidup dan bernafas. Seperti Meletakkan potongan potongan rindu, yang melampaui sekat sekat nurani. Di lemarimu, tempat menyimpan segala rahasia dan misterimu. pakaian, perhiasan, lalu benda benda kenangan yang sangat pribadi. Di lemarimu, sebagian kehidupanmu seolah dibekukan. Mereka hanya duduk di pinggir. Diam. Termenung. Memandangku. Aku butuh waktu lama untuk mencairkan rasaku. Bagai logam yang tiba tiba lumer di tanganku. Ia cair begitu saja. ketika bertemu dengan api yang bergolak di hatiku. Di sini, di kamar kita, adalah tempat kencan terbaik. Ruang untuk berimajinasi. Tempat puisiku meriangkan batin dan menikmati kesendirian. Dan semua tentang kamu, kekasih, ada juga di ruang tamu. Atmosfer wajahmu terasa lekat. Betapa tidak, tamu masuk langsung disambut kecantikan dirimu dalam foto mungil.
Bagai sebuah lagu hip hop yang riang. Kian jenaka kenanganmu menari. Diiringi adonan suara masakan yang melamun sendiri. Mereka saling berimpit. Sedetik berikutnya saling menjauh. Berputar seperti gasing. Melompat tinggi. Lalu jatuh dengan lembut. Seringan kapas. Menggoda lidahku. Seperti Semangkuk mie yang terendam dalam kaldu kental panas. Uapnya mengantarkan pesan bahagia. Mie segar dengan kekenyalan yang baik. Kaldu ayam yang dibuat amat serius. Dan telur rebus setengah matang berkumpul dalam suka cita. Memasak puisi dalam wadah rindu . Tak usah jauh jauh makan di luar. Namun cukup di rumah. Sang pemilik hati akan menyambutku lebih dari sekedar kawan lama.
Seperti sedang membuka pintu lemari lebar lebar. Lalu bebas menengok isi pikiran, hati, dan jiwamu. Sering kutemukan bayang bayang kecemasan. Ketakutan. Kegelisahan, dan kegamangan. Tetapi ada pernyataan protes yang khas cara perempuan: halus tapi menusuk. Sering membelalakkan mataku. Aku ingat. ketika kau menceritakan nikmatnya bruchetta roti yang dulu menjadi makanan petani Italia. Resep nenek moyangmu. “kamu harus coba,”ujarmu, seorang wanita bermoyang Palermo, kelahiran Torino, Italia.Tapi aku cuma memandang wajahmu. Mabuk. Pikiranku masih tertutup selintingann ganja kemarin.
Lalu kau masuk ke dapur. Tidak lama kemudian muncul lagi dengan sebongkah roti besar yang baru saja dikeluarkan dari oven. Bau rotinya segar dan tampangnya begitu menggoda. Seperti tubuhmu. Setelah dipotong potong, roti itu di bubuhi minyak zaitun. Potongan tomat merah, dan butiran rempah kering. aku menyantapnya dengan rasa penasaran. Segarnya tomat dan minyak zaitun terasa begitu pas bergaul dengan gurihnya Bruchetta . Kau memandangku dengan wajah gembira. “ Aku tahu. Kamu pasti suka,” ujarmu, dengan bahasa yang campur aduk antara bahasa Inggris, Italia, dan Indonesia.
Bruchetta menjadi pembuka santap malam kami, senin lalu. Selanjutnya kami menyantap beberapa menu lain, seperti fusilli al tono, gnocchi al pomodoro, dan tentu saja pizza. Kau membuat pizza al Quattro di hatiku. Kulit pizzanya tipis dengan taburan keju. Ketika masuk ke mulut, pizza itu terasa lembut. Rasa gurih dan asinnya sungguh pas. Hampir tidak ada satu rasa yang meneror sendirian di lidah. Kau mengatakan, rasa masakannya dibuat berdasarkan resep asli Italia. “Rasanya otentik. Aku tidak menyesuaikan rasa masakanku dengan lidah lokal,”katamu.
Kau dengan antusias menjelaskan secara rinci menu menu yang ada di puisimu. Cara memasaknya. Sampai bumbu dasarnya. Setelah aku selesai menyantap masakannya, kau memandang dan menghampiriku lagi dan bertanya,” apakah kau suka masakanku?”
rasanya seakan memotong lidahku. Ada rasa cemburu dalam masakanmu. Kuahnya menjadi ingatan. mengikat kenangan sampai mati. Sebelum rindu itu pulang ketengah ranjang.
Oh, dunia
Kau telah mencuri mataku
Dan meletakkannya di tengah tengah
tumpukkan cahaya bulan
Tak berhenti barang sedetik
Kala malam menyusul hari
Deretan bunga terdiam, di bawah rintik hujan
Tersaputi cahaya lampu dermaga, seolah bergerak
Menyongsong akhir perjalanan
Menuju perjalanan lain.
Di awal musim semi
Masih seperti dulu. Tubuhku merespon bayanganmu. Saat kubuka lemarimu, misteri yang kutemui tak lagi sama. Karena cintaku lebih besar, dari sekedar perasaan yang kaurasakan. Dan aku bukan pembohong. Hubunganku denganmu sangat indah. Ketika kau menangis lalu memelukku, di saat itu aku merasa diriku punya arti lebih. Rasanya seribu pangeran yang melamarmu pun akan kalah.
Padepokan Halimun, 30 Oktober 2011
Sejenak, malam menyapa malu malu
Dari batu batu itu dan sunyi, melingkar tak bertepi
Merekam bayanganmu, tertangkap dinding kanvas
Mengusap deburan ombak ditengah hati
Dan Sorot mata kelabu,
sebuah strawberry liar di musim semi
Menutup wajah mudamu,
seolah jejak dari foto pertama
Di suatu senja
Malam mulai menua. Berkerut kerut.tersipu malu malu. Wajahnya hangat dan ceria. Dan malam, tetaplah malam. Seperti malam malam sebelumnya. kerap didera rindu. Tak tertahan sepanjang hidupnya. Cahaya bulan berpesta riang. Menjadi ingatan di kepala. Mengikat dan membuang segelas nalar yang menciumi sekujur tubuh. Dan saat aku berdiri di depan lemarimu. kenangan menjadi hidup dan bernafas. Seperti Meletakkan potongan potongan rindu, yang melampaui sekat sekat nurani. Di lemarimu, tempat menyimpan segala rahasia dan misterimu. pakaian, perhiasan, lalu benda benda kenangan yang sangat pribadi. Di lemarimu, sebagian kehidupanmu seolah dibekukan. Mereka hanya duduk di pinggir. Diam. Termenung. Memandangku. Aku butuh waktu lama untuk mencairkan rasaku. Bagai logam yang tiba tiba lumer di tanganku. Ia cair begitu saja. ketika bertemu dengan api yang bergolak di hatiku. Di sini, di kamar kita, adalah tempat kencan terbaik. Ruang untuk berimajinasi. Tempat puisiku meriangkan batin dan menikmati kesendirian. Dan semua tentang kamu, kekasih, ada juga di ruang tamu. Atmosfer wajahmu terasa lekat. Betapa tidak, tamu masuk langsung disambut kecantikan dirimu dalam foto mungil.
Bagai sebuah lagu hip hop yang riang. Kian jenaka kenanganmu menari. Diiringi adonan suara masakan yang melamun sendiri. Mereka saling berimpit. Sedetik berikutnya saling menjauh. Berputar seperti gasing. Melompat tinggi. Lalu jatuh dengan lembut. Seringan kapas. Menggoda lidahku. Seperti Semangkuk mie yang terendam dalam kaldu kental panas. Uapnya mengantarkan pesan bahagia. Mie segar dengan kekenyalan yang baik. Kaldu ayam yang dibuat amat serius. Dan telur rebus setengah matang berkumpul dalam suka cita. Memasak puisi dalam wadah rindu . Tak usah jauh jauh makan di luar. Namun cukup di rumah. Sang pemilik hati akan menyambutku lebih dari sekedar kawan lama.
Seperti sedang membuka pintu lemari lebar lebar. Lalu bebas menengok isi pikiran, hati, dan jiwamu. Sering kutemukan bayang bayang kecemasan. Ketakutan. Kegelisahan, dan kegamangan. Tetapi ada pernyataan protes yang khas cara perempuan: halus tapi menusuk. Sering membelalakkan mataku. Aku ingat. ketika kau menceritakan nikmatnya bruchetta roti yang dulu menjadi makanan petani Italia. Resep nenek moyangmu. “kamu harus coba,”ujarmu, seorang wanita bermoyang Palermo, kelahiran Torino, Italia.Tapi aku cuma memandang wajahmu. Mabuk. Pikiranku masih tertutup selintingann ganja kemarin.
Lalu kau masuk ke dapur. Tidak lama kemudian muncul lagi dengan sebongkah roti besar yang baru saja dikeluarkan dari oven. Bau rotinya segar dan tampangnya begitu menggoda. Seperti tubuhmu. Setelah dipotong potong, roti itu di bubuhi minyak zaitun. Potongan tomat merah, dan butiran rempah kering. aku menyantapnya dengan rasa penasaran. Segarnya tomat dan minyak zaitun terasa begitu pas bergaul dengan gurihnya Bruchetta . Kau memandangku dengan wajah gembira. “ Aku tahu. Kamu pasti suka,” ujarmu, dengan bahasa yang campur aduk antara bahasa Inggris, Italia, dan Indonesia.
Bruchetta menjadi pembuka santap malam kami, senin lalu. Selanjutnya kami menyantap beberapa menu lain, seperti fusilli al tono, gnocchi al pomodoro, dan tentu saja pizza. Kau membuat pizza al Quattro di hatiku. Kulit pizzanya tipis dengan taburan keju. Ketika masuk ke mulut, pizza itu terasa lembut. Rasa gurih dan asinnya sungguh pas. Hampir tidak ada satu rasa yang meneror sendirian di lidah. Kau mengatakan, rasa masakannya dibuat berdasarkan resep asli Italia. “Rasanya otentik. Aku tidak menyesuaikan rasa masakanku dengan lidah lokal,”katamu.
Kau dengan antusias menjelaskan secara rinci menu menu yang ada di puisimu. Cara memasaknya. Sampai bumbu dasarnya. Setelah aku selesai menyantap masakannya, kau memandang dan menghampiriku lagi dan bertanya,” apakah kau suka masakanku?”
rasanya seakan memotong lidahku. Ada rasa cemburu dalam masakanmu. Kuahnya menjadi ingatan. mengikat kenangan sampai mati. Sebelum rindu itu pulang ketengah ranjang.
Oh, dunia
Kau telah mencuri mataku
Dan meletakkannya di tengah tengah
tumpukkan cahaya bulan
Tak berhenti barang sedetik
Kala malam menyusul hari
Deretan bunga terdiam, di bawah rintik hujan
Tersaputi cahaya lampu dermaga, seolah bergerak
Menyongsong akhir perjalanan
Menuju perjalanan lain.
Di awal musim semi
Masih seperti dulu. Tubuhku merespon bayanganmu. Saat kubuka lemarimu, misteri yang kutemui tak lagi sama. Karena cintaku lebih besar, dari sekedar perasaan yang kaurasakan. Dan aku bukan pembohong. Hubunganku denganmu sangat indah. Ketika kau menangis lalu memelukku, di saat itu aku merasa diriku punya arti lebih. Rasanya seribu pangeran yang melamarmu pun akan kalah.
Padepokan Halimun, 30 Oktober 2011
- Andrie Enrique Ayyas Camarena hehehehehe, makasih ya mas Tosa,
salam hangat buatmu..:-) - Ditha Lastcocaine Arts saya, dan segenap jajaran warga pasundan, ingin mengutarakan bahwa karya abang sungguh luar biasa :)... nice one bang :)
- Andrie Enrique Ayyas Camarena hahahahahaha
apa termasuk jajaran pemda,pemkab juaga mas?
waduuh, gimana tuh mas Ditha,
saya jadi terharu..hiks
tapi kau lebih brillian koq mas..:-) - Ditha Lastcocaine Arts ah, saya mah belum apa apa :)... selamat berlibur ria bang. semoga harimu senantiasa penuh semangat :) GBU
- Andrie Enrique Ayyas Camarena hahahaha, kau selalu merendah mas Ditha,
selamat berlibur dan berwekeed ria ya mas..:-) - Leliana Lesmana Panjang banget....cerita mengular kemana mana..sampai kujumpai intinya...leg rasanya....
- Andrie Enrique Ayyas Camarena hehehehehe, semoga rasanya langsung lega ya mbak Leliana,
makasih ya mbak..hihihii - Nisma Abdullah Ramuan puisi cinta yg teramat indah... membuat mata sedikit berkaca... melambungkan angan ke masa itu....dimasa masih ada sosok yg tak pernah beranjak dari sisiku...Lemari yg menyimpan sejuta kenangan.. mengusik kalbu dikala sepi... Terima kasih resep indah cintamu Bang... nuansa kisah cinta yg selalu ku rindui....
- Andrie Enrique Ayyas Camarena hehehehehe, sama sama Mbak Nisma,
maaf jika menginagtkan masa lalumu
semoga perjuangan tetap berkobar ya..:-) - Andrie Enrique Ayyas Camarena hehehehehe, makasih udah hadir mbak Nella,
tapi puisi puisimu lebih mempesonaku mabk..:-)
salam hangat dariku ya. - Nisma Abdullah Andrie Enrique Ayyas Camarena > Puisimu pelepas lara itu... moga gak pernah bosan ya....
- Andrie Enrique Ayyas Camarena hehehehe, semoga...semoga ya mbak Nisma,
salam buat keluarga dan tetap semangat..!!!hehehehe - Gloria Gantina met malam makasih kirimannya,malam yang menua namun tidak dengan kenangan dan kerinduanku yang selalu membaharui segala rasa yang kita miliki.Cahaya rembulan kan jadi saksi abadi yang tak akan menghapuskan segala ingatan tentangmu,Lemari yang kini usang adalah saksi bisu tentang indahnya cerita cinta kita
- Nisma Abdullah Andrie Enrique Ayyas Camarena Yup... salam juga tuk keluarganya...
- Andrie Enrique Ayyas Camarena hehehehe, met malam sis Gloria,
dan lemari itu masih tetap sama
menyimpan rasa di pelupuk mata
untuk menjadi cerita, menjadi kenangan kecil
sebagai penanda arah yang menggunung
di antara kau dan aku..:-) - Delima De Wilde Sri dua puisi aku baca di sini lalu cerpenkah diantaranya ?
sepertinya kisah dapur ala erancis or Italia nieh :-)
salam DE5NIZ - Andrie Enrique Ayyas Camarena hehehehe, ini gabungan puisi dan cerpen mbak Delima,
ya mbak, kalo yang cerpen itu potongan cerita yang pernah kubuat dulu
makasih ya mbak atas apresiasinya..:-) - Delima De Wilde Sri kenapa tidak di beri percakapan sedikit dalam cerpennya ?
agar pembaca ada rasa penasaran akhir cerpennya :-)
sama sama Andre
salam de5niz - Andrie Enrique Ayyas Camarena hehehehehe, masukan yang bagus sekali mbak Delima,
aku takut nanti malah kepanjangan mbak, jadi aku potong sebagian.
tapi saran mbak delima baik sekali,
makasih ya..:-) - Dwight Lee membacanya bikin perutku tambah lapar :D makasih telah berbagi tulisan ciamik ini yiaaa :)))
- Andrie Enrique Ayyas Camarena hahahahahaha.
ya udah makan duklu geh sana sis
xixixixixi,jangan lupa rokoknya ya..:-)
siippp - Andrie Enrique Ayyas Camarena hahahahaha, ya dibayangin aja sis
xixixixixixixi, - Dwight Lee makin di bayangin makin laperr, tanggung jawaabbbb....qkqkqkqk
- Andrie Enrique Ayyas Camarena wadduuhh.xixixixixixi
lalu aku harus gimana tuh sis Simone?
lagi diet ya?
hahahahahaha - Varikesit 'ra ahoy...ahoy...ini asyik pak guru, iya aku amini pangeranpun akan kalah oleh pesonamu. hehehe...sippp, mohon ijin yang ini aku copas ya?
- Nona G Muchtar Kombinasi cerpen & puisi yang sedap. Terima kasih tlh berbagi ya.. :D
- Deena Buditomo rasanya kumplit ya.. tapi jadi kebayang italian cuisine, kenangan yang yummy.. hehehe.. :)
- Dee Wijayanti wow....woww...wooww.....da
h balik lom matanya yg dicuri hakhakhakhakhka.... - Dalasari Pera hadduuhh....gubrakss deh mas andrie. sajian yang lezat bagi kepala dan lidah..hehee
10000000 jempol deh...haha - Andrie Enrique Ayyas Camarena hehehehehe, pesonamu malah lebih hebat dariku mas Varikesit,hihihihi
silahkan mas.suatu sat kau akan menjadi pangeran juga loh
xxixixixi
met pagi mas..:-) - Andrie Enrique Ayyas Camarena terima kasih udah hadir mbak Nona,
aku banyak belajar darimu.:-)
met beraktivitas ya.. - Andrie Enrique Ayyas Camarena aku kadang juga sulit membayangankan mbak Deena,
italian cuisine..hihihihi
jadi laper lagi nih
hihihihihi - Andrie Enrique Ayyas Camarena matanya belum balik tuh sis Dee,
gimana auh?
hihihihihi
met pagi ya..:-) - Dee Wijayanti kaccciiiaannn deh....kikikiki....pagi jg brad....thx notenya yg selalu sedap dibaca...:)
- Andrie Enrique Ayyas Camarena hahahahahaha, awas hati hati jatuhnya sakit loh sis Dalasari,
terima kasih ya, sajiannya penuh makanan
hihihihi
100000000 jempol juga buatmu ya..:-) - Andrie Enrique Ayyas Camarena hehehehehe, sedapnya kayak rasa apa sis Dee?
semoga bisa mengurangi rasa laparmu ya..:-) - Andrie Enrique Ayyas Camarena jempolers:makasih ya
salam hangat dariku.:-) - Dee Wijayanti Mo tahu aj..hakhakhakhakhak....:p dah ahh...see yaa brad...met beraktifitas yah..:)
- Andrie Enrique Ayyas Camarena hahahahahaha, silahkan sis Dee,
tapi jangan bobok lagi ya.:-)
xixixixi - Tuditea Masditok sajakmu seperti sajak pengantin baru. ehm :DDD
makaciy yuaaa salam manisku :) - Rangga Umara Nh walau terengah engah habis baca, tapi nikmat dan nancap =)
- Andrie Enrique Ayyas Camarena hehehehe, berarti kamu pernah merasakan jadi pengantin baru ya sis Tuditea?
hihihihihi
salam manis buatmu ya..:-) - Rembulan Perak hehehehe,,,
aku seperti tersesat diadapur sederhana anak kos,yg menyajikan mie rebus panas sbagai santapan,namun kenyangku belum lagi tertanak dalam perut,tiba tiba sebuah aroma dapur kahas italia kental menggodaku,,,,
wah wah sajian yg hebat ni bro Andrie Enrique Ayyas Camarena,
mksh ya n met pagi met aktifitas hari senin,,, - Andrie Enrique Ayyas Camarena hehehehe, met siang mas Rangga,
makasih ya, slam hangat dariku..:-) - Andrie Enrique Ayyas Camarena hehehehehe, sajian ini semoga bisa mengenyangkan rasa laparmu sis Bunga,
mari kita makan bareng puisi ini
hehehehehe - Delbin Clyte Wah mas Andrie, ajari saya memasak dong. Hehehe. Catatan ini lezat.
- Andrie Enrique Ayyas Camarena hahahahahaha, sajian ini memang mengenyangkan dan membuat rasa lapar mas Delbin Clyte,
aku juga nggak pintar masak koq mas..:-) - Rembulan Perak yup's
namun sayang sekali,sa'at ini tarianku teramat kerontang,hingga imajiku tandus walau terasa ramat lapar dan dahaga,,,
hehehehe - Erny SusantySebuah pesan yang tersampaikan dalam aksara dan bahasa yang sangat menawan. Huruf-huruf lembut meliuk menyusun sebuah puisi indah. Asa terakhir menjadi pena, dan rindu menjelma dalam tinta, menyisakan jejak-jejak rasa dalam hati. Sekejap s...Lihat Selengkapnya
- Andrie Enrique Ayyas Camarena hehehehe, imajinasimu mungkin masih tertidur sis Bunga,
bersabarlah karena dia akan bangun sebentar lagi
hehehehehe - Andrie Enrique Ayyas Camarena aku nggak bisa komentar sis Erny,
apresiasimu ini indah sekali.
bahkan belum tertulis di otakku
aahhh, lembutt dan renyah serta gurih di lidahku..:-)
makasih ya,salam hangat dariku..hihihihi - Andrie Enrique Ayyas Camarena benrkah sis Tuditea,
amien,..amien..
hihihihi
aku rasa ada yang cemburu nih..:-) - Tuditea Masditok hahaha . huss jangan suka memfitnah diri sendiri .
*owya ? coba ulangi sekali lagi. hahahaha pisssss kiddinggggg -77- - Andrie Enrique Ayyas Camarena hahahahahaha
ohh, bersabarlah ya Ndrie..
hihihihi - Tuditea Masditok pasti kekasihmu teramat sayang padamu ndrie (^_^)
- Andrie Enrique Ayyas Camarena hehehehehehe,
koq tahu sis?
wah, kamu punya indera ke enam ya?
hihihihi
semoga kaupun begitu sis...:-) - Tuditea Masditok hihihi kalau gak sayang bukan kekasih dunk namanya. :p
* amin. :'(
tapi kamu kok kayak temanku ya. hm.... - Andrie Enrique Ayyas Camarena hihihihih, koq sedih sis?
aku juga kadang merasa kau itu dekat denganku
nggak tahu kenapa?
apa kita pernah ketemu ya?
xixixi - Tuditea Masditok aku curiga sama kamu. jangan-jangan kamu adalah temanku yang menyamar. foto wajahmu tak ada. hihihi
- Andrie Enrique Ayyas Camarena ehem..hohohohoho
aku masih membacamu sis, bukankah kita dulu kita pernah dekat?
*sambil minum kopi* - Tuditea Masditok kalau benar kau temanku, kopi apa yang kau suka ?
- Andrie Enrique Ayyas Camarena hahahaha,
rahasia atuh sis
nanti rahasiaku terbongkar..:-)
oh, hatiku porak poranda.... - Tuditea Masditok aku tahu. aku tahu . kau adalah pemilik rumah kaca. kunang-kunang yang terbang dan menghilang. mengenakan 'kaus' dan bukan 'kaos'. hwaaaaaaa (T_T)
- Andrie Enrique Ayyas Camarena aku seperti hatimu sis..:-)
mendekatlah lebih dekat ke padaku,
blink
blink
blink
cobalah..:-)
hihihihi - Andrie Enrique Ayyas Camarena hehehehehe, ya bu guru
hihihihi
kan belajar darimu kemarin..:-) - Seroja White klu gitu gantian ahh, malam ini aku yg kan belejar drmu...!
- Andrie Enrique Ayyas Camarena hehehehehehe, ya udah pelajarn hari ini adalah bobok malam
besok kan harus mengajar anak anak mbak..
hihihihihi - Seroja White hehehe, siyaaap pak guru, kalo ndak kita berdua bs d strap di bawah tiang benderaaaa.....
- Andrie Enrique Ayyas Camarena hehehehehe, ok bu guru
bobok yuks
hihihihihi - Andrie Enrique Ayyas Camarena hahahahahaha, silahkan di makan yang ada dulu mommie Sue
sikat saja.
hihihihihi - Si Mene Wes Tobat Tapi aku bukan hanya lemari tempat kau menyimpan sekerat imajinasi yang berhamburan menuju langit. jadikan pula aku ranjang, dimana dapat kau tumpahkan percikan percikan imaji liar yang senantiasa terekam di sudut kamar kecil.
Aaaw..aaw..aaw..hehe - Arther Panther Olii feelingku di kelak, mas andrie akan menjadi seorang prosaik yang mumpuni. :-)) salam hangatku mas. :-)
- Andrie Enrique Ayyas Camarena wooww..au..auhh
ah saudaraku yang cakep Si Mene Ketehe, aku rindu kamu
hihihihi
kangen
Hiks - Andrie Enrique Ayyas Camarena hehehehe, makasih mas Arther Panther Olii,
aku banyak belajar dariku
makasih..amkasih..makasih ya..:-) - Andrie Enrique Ayyas Camarena mari sarapan pagi dulu mbak KembaRa,
pagi ini enaknya pake apa ya?
hiohihihihihi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar