Jumat, 30 Maret 2012

Paranoid

Paranoid

oleh Andrie Enrique Ayyas Camarena pada 28 Maret 2011 pukul 20:59 ·
Paranoid

1.
berjam-jam bahkan seharian
jiwaku duduk di tepian tebing tafakur
tertunduk layu, menggores-gores senyap
akrab dan menyatu
dengan saputan awan kelabu
lolongan nafasku, menyobek kenangan masa kecilku
yang mengharu biru
pucuk-pucuk tawasulku
mengubah hujan menjadi embun
membungkus ranting-ranting basah
dalam perjalanan  pulang  menuju dzatMu
muka dzikirku  babak belur
bibir khusukku pecah-pecah
pori-pori wiridku menjadi titik koma
yang tercubiti sinar mentari
dari telapak kaki sampai ubun-ubun kepala

nafsuku masih hidup
tapi tidak benar-benar dekat dengan hatiku
yang selalu bersikap baik, berwajah familier
pucat tidak berdarah

desir anginku memang brutal
berkeliaran  di terminal dan stasiun
tanpa martabat serta harga diri
yang sering kusetubuhi tiap malam
melupakan balas budi dan janji-janji kosong
tak ada seorangpun di sana
melafalkan ayat-ayat Allah
seruan-seruan suci, menjelma hening
cuma ada sinetron tv, berita radio dan
koran-koran lokal
membusuk di tas ranselku

aku bukan siapa-siapa
tak punya nama
karena hanya akan membuat akrab rakib dan atid
aku hanyalah kumpulan botol-botol vodka dan
sansak-sansak pasir tahi kucing
yang dilempari pisau-pisau bencana

bacalah, bacalah tubuhku
yang terbelah dua:
tubuh kiriku di bawa angin hitam
merontokkan kelelawar yang mencicit
mendirikan bulu roma
membawa perlambang buruk di otak para pencari makrifat
sedangkan tubuh kananku,
masih kusimpan di cermin waktu
yang memantulkan wajah beringas
penuh dendam kesumat
cermin itu, kututup dengan tumpukkan kain batik parang rusak
dan kebaya warna hijau muda
jika kau dekati,
cahaya akan mati
pintu-pintu surga segera tertutup
untuk para pemabuk yang terlunta-lunta

keluarlah ruh,
jangan takut
karena kau mudah bergaul
dan tidak menyebalkan
Dia akan mengantarmu menuju arsyNya
tak ada binatang jalang
yang akan meludahimu
menggoyahkan hutan-hutan,  gunung-gunung dan
mencengkeram pembuluh  syarafmu

tasbih suciMu, Ya Rabb
membasuh hati, membersihkan pikiran kotorku
jalan ajalku semakin mudah kutempuh
kaki-kaki malik bisa menendang pantatku
untuk lebih bersujud padaMu

truk-truk takdir akan menggilasku
meremukkan tulang tubuhku
dalam hitungan detik
ternyata mereka sangat membenciku setengah mati
membuangku ke dasar jurang nerakan jahanam

urat nadiku melentur
saat mempercayai apa yang kulihat
karena diriku adalah seekor singa kelaparan
tapi kau Ya Rabb,
mencatatku sebagai seekor rusa
bertanduk lollypop,
bermahkota es krim
seharum  gula-gula surga

kematian begitu cepat, tak bisa dikatakan
muncul lalu menghilang
di telan kabut sunyi

fobia, cemas datang silih berganti
sangat mengganggu paranoidku
bersliweran dan menggoda
seperti badut sialan di mall-mall

usiaku semakin pendek
rasa takut menyerangku
belatinya menancap di dadaku
sebelum mataku tertutup suara burung gagak
di batu-batu nisan



2.
hidupku rapuh
harga diriku ku kais-kais di truk  sampah
martabatku hilang di telan angin hitam
keperawananku kujual kepada germo-germo berotak miring
tapi mereka akan kubawa pulang
kujadikan kidung yang melelapkan letih
kusimpan dalam cahaya rembulan
yang menyepuh dengan warna putih kekuningan
dan mereka juga bisa membawaku ke istana Tuhan
menjadikanku pelayan  doa-doa
yang kulantunkan di sajadah panjang

aku tahu
Kau selalu di rumah
yang biasa kuketuk pintuMu
saat ku sendiri, ketakutan dan
menangis merintih
hanya sekedar mengharap secuil ridhoMu
tapi si badut bangsat di sebelah kiriku
terlalu panas senyumnya, membuai duniaku
sungguh menyebalkan!

suaranya selalu renyah menggoda
bercahaya  emas murni, memabukkan ruhku
tak bisa berjalan, berlari dan pulang
seperti tuna wisma yang menggelandang
kesakitan di tengah hujan alkohol
kunci-kunci ketakutanku sudah mengigit urat nadiku

membunuh dosa-dosaku
adalah yang paling tepat
apalagi membakarnya,
lalu membuangnya jauh di tengah hutan,
lebih masuk akal
untuk seorang paranoid sepertiku


Padepokan Halimun, 28 maret 2011

· · · Bagikan · Hapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar