Jumat, 30 Maret 2012

Puisi Untuk Membunuh Sunyi Yang Menjadi Teman Bicara

Puisi Untuk Membunuh Sunyi Yang Menjadi Teman Bicara

oleh Andrie Enrique Ayyas Camarena pada 9 April 2011 pukul 23:09 ·
Puisi Untuk Membunuh Sunyi Yang Menjadi Teman Bicara
: Ateau dan ayyas , ruh sunyiku


teau, ketika kau bercerita tentang lebah yang jatuh cinta kepada putik-putik bunga
aku hanya diam, tak berkata apa-apa
berusaha menjadi pendengar yang baik
tidak sulit bukan?
tetapi ketika kau menyebut tentang cemburu,
aku jadi bertanya-tanya
apa yang telah kulakukan?
cermin-cermin mulai retak
burung-burung tak lagi berkicau
tercampak dalam paruh badai tropis

teau, mereka hanya teman-temanku
teman yang menjadi ranting puisi
kuambil dari peraduan yang jauh di seberang lautan
terkubur bersama debur ombak
saat aku membelai cemburumu di kamar kita
ya,  di kamar kita teau
yang sering membuat terlena ke pesisir orgasme

saat musim hujan menggelar mendung
jemari rindu mendekap mawar merah
durinya tajam menggores hati
ketika euis, rika, ellin, cullin,
esih dan  shanti tersenyum seperti sayap kupu-kupu
dan sesekali tertawa renyah di taman kota
taman yang biasa kita datangi
kala kidung menebarkan hasrat

mereka teman-temanku teau,
dikenang, di lupa, ataupun  di tinggalkan
mereka tetap teman-temanku
yang mewarnai hidupku
hidup yang keras menghimpit kiri kanan

kedondong berlimpah di jalanan
manggis, apel, duku dan pisang
semua ingin manis seperti kamu
ikan-ikan berenang di aquarium
ikan merah, kuning, hijau, biru, hitam,
eh, ada ikan badut juga teau
mereka seperti pelangi di langit
yang menjadi doa-doa
terlantun di tepian senja
saat lingkaran api sering  mendekat
dan tak bisa dihindari

masih ada waktu untuk berduaan
merangkai ikatan denganmu
ditemani si kecil ayyas
yang selalu tertawa riang, melonjak kegirangan
kala angin berhembus
mengiringi surya menjelang

akan kuceritakan pada sang mentari
yang selalu setia menyinari dedaunan
bahwa kau teau,
adalah wanita tercantik
yang pernah menemaniku di bis malam
bis melaju menuju fajar tiba
membawa cinta kita pergi
ke jakarta, bandung, sukabumi, surabaya
kemana saja cinta berada
selalu mekar tak terjajah

akhirnya akan ku bisikkan padamu:
"teau, aku selalu mencintaimu"

bagaimana teau?


Padepokan Halimun, 09 April 2011
· · · Bagikan · Hapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar