Jumat, 30 Maret 2012

The Extraordinary Of Ira Ginda : Melihat Sosok Perempuan Di gelungan Rambutmu

The Extraordinary Of Ira Ginda : Melihat Sosok Perempuan Di gelungan Rambutmu

oleh Andrie Enrique Ayyas Camarena pada 28 April 2011 pukul 22:14 ·
Pintu tidak tersekat, silahkan masuk

Ayyas sebenarnya membuat ode untuk kembara gelungan hitam, mbakku yang manis dan kemayu itu ada  8 puisi
yang kemarin ada 6 puisi, sebenarnya yang 2 ini tidak akan aku terbitkan
tapi hatiku cenat cenut dan kepalaku cekat cekot, karena mereka berdua berisik terus di jiwaku
2 puisi berasal dari 1 puisi, lalu aku jadikan 2
mereka kujadikan anak kembarku, si sato dan pato
silahkan nikmati sajian sato dan pato
mohon saran dan kritiknnya
terima kasih


The Extraordinary Of Ira Ginda : Melihat Sosok Perempuan Di gelungan  Rambutmu
: Kembara Gelungan Hitam

1.

menyetubuhi tubuh puisimu,
mencumbu bagian yang paling intim
melintas di selangkangan,
ada yang menantiku, melahirkan galau panjang
selangkangan yang berani menjelma katakata
berhuruf akrilik
bentuk dasarnya bulatan
dengan kepala sebesar kepalan tangan
permukaanya licin berkabut, penuh kelambu misteri
dan sisi gelap yang menjadi ruang bermain para topeng
mereka  mempunyai bibir yang selalu tersenyum
kadang mengejek
kesannya jenaka dan satir

tubuh puisi yang menonjolkan pusar yang membola dan
lekuk halus jarijari dua tangan yang bertemu
seperti menanti kekasih hati
jemari yang buta tapi bisa mengetahui arah angin sunyi menari

lalu baitbait yang berbentuk  bulatan
dengan retakan bergaris warna emas
menjadi retakan gempa di jiwa

melodi sunyimu adalah ekspresi pergulatan diri
sebagai perempuan yang ingin keluar
dari pakem  tubuh perempuan dan
lahan industri kecantikan
yang menancap di benak banyak orang
ekspresi kerisauan akan banyak hal
meningkahi sesuatu yang entah
dari alam bawah sadar

sisa hujan semalam masih belum reda
tanah basah
dedaunan  menggigil,
merindukan seorang perempuan yang mendefinisikan diri dan pengalaman
di tengah narasi dominasi yang mendefinisikan
perempuan itu mengambil subyek diri
menolak  definisi peran sebagai "liyan"
menolak obyektifikasi tubuh
yang secara historis, dihubungkan dengan perempuan
memisahkannya dengan pikiran dan perasaan

kabut tipis masih menari di antara rimbun dan
hijaunya pepohonan bambu
saat aku masih terlena
mencumbu tubuh puisi

puisi yang penuh pergolakan batin, interaksi personal dan pengalaman sosial
yang mematahkan mitos tentang perempuan
bahwa perempuan itu tidak lahir tapi "menjadi"

dekonstruksi makna perempuan
kau perjuangkan secara militan
filsuf dan  feminis
sampai titik tertentu
mewujud dalam gelungan  rambutmu


2.

melihat dirimu Ra,
sedekat gelungan rambutmu, sejauh langit biru
membingkai segala teori dan pemikiran perempuan

hatiku masih tergerai tembangtembang pagi
angin yang berbisik rindu
dicumbu gelungan rambutmu
gelungan yang berisi gulungan helaihelai rambut
yang dimaknai sebagai pengalaman dan kearifan perempuan
ketika menjalani hidup yang luas
bak cakrawala
dengan semua prahara suka duka

merekam dialektika pergulatan panjang
tentang diri dan berbagai hal di luar diri
menghidupkan nation feminis, "the personal is political", "the personal is social", dan
"the personal is spritual"

pada sosokmu ada sederet rangkaian cerita
yang berbicara tentang seksualitas, identitas
sampai pertarungan budaya;
dari yang meditatif sampai ekspresif,
kemarahan, kemurkaan dan keserakahan;
dari rahim, sampai sesuatu yang tak terjangkau nalar;
dari perlawanan yang telanjang sampai yang subtil,
tak terselami

mereka seperti terhubung satu sama lain
dalam jalinan rumit
terurai eksklusif hingga inklusif
dalam permadani kehidupan perempuan

puisi perempuan yang menggenggam kekinian
tegak menaklukan ketakutan
menjadi ruang bersuara bagi yang terbisukan
memberikan sikap penolakan terhadap diskriminasi
subordinasi terhadap perempuan dan
mereka semua yang terpinggirkan

membaca puisimu Ra,
seperti memperlihatkan surga untuk anakku
surga yang kontemplatif
dalam puzzle situasi perempuan
tajam memotret obyektifikasi perempuan
dalam surealis-simbolik
saling melengkapi

obyek menjadi subyek
subyek menjadi obyek oleh subyek;
puisi yang membolak balik zaman
yang terus berubah
sampai akhir yang akan datang dan
kau menutup mata untuk terakhir kali

dan di alam  kuburmu nanti Ra,
kau boleh tersenyum damai
karena kau akan dipandang
sebagai perempuan berpuisi
yang hidup di antara nafasnafas generasi muda



Padepokan Halimun, 28 April 2011
· · · Bagikan · Hapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar