Aku masih ingat, ketika Kau menjadi kupu kupu, sepasang sayapmu kebesaran,
berterbangan,mengitari wajah bulan, menutupi
kilauan mentari, dan aku sering menyisir rambutmu, beraroma shampoo, menghunjam
jantung, detaknya lahir dan mati di
genggaman tangan, sementara kusuka matamu, berkedip di antara ombak, bertabur
pasir pasir bawah laut, mata itu memandangi ribuan batu karang, memahat rindu
dan menyimpan luka, meninggalkan selembar jejak waktu, menggerus nurani, untuk mengendapkan kata kata cinta.
Dan malam datang berkunjung, lalu
tinggal menetap, membawa secarik puisi, jatuh menggantung, melingkar di tepian
ranjang, setiap kunang kunang datang, cahayanya berbisik,” aku mencintaimu.”
kemudian, satu persatu ribuan puisi
kuletakkan di dada, agar aku rindu
merumah di hatimu, seperti bunga sakura mekar, baunya membawa kabar dari musim
semi, dan mulut puisi riang gembira mencipta
dirimu.
Mungkin dulu, kau masih malu
malu, hanya mengintip di pintu hati, memohon sorot mata awan menjelma hujan, membasahi semak belukar dan
taman taman kota, menggoda huruf huruf cinta, panas dingin membasuh bibir, dan
angin menghisap rintik rintik air, lentur, berkerut, berlumuran bait bait puisi,
berkabut, bernafas di hamparan kertas putih, lalu terbang ke langit.
Kulihat, ada sosok muram terikat rindu, terpasung di ruang sunyi,
saat berbicara tentang masa kecil yang
getir, waktu berputar cepat dan tak terlihat, bersembunyi di balik senja,mengurai jiwa putih, menguapkan
sifat jenaka, dan adrenalin perlahan meninggi, mengupasi tatapan mata, senyum,
bahasa tubuh, dan keringat.
Sedangkan paru parumu kembang kempis, bernafas di di tengah lalu lalang udara. Merekam berbagai macam cerita, ada tulang
rusuk patah, tak lagi tegak berdiri. Barangkali bersembunyi, menanti secawan
anggur di riak riak sungai.tenggelam, tak lagi menggores bebatuan. Lalu muncul
kembali,berenang di lorong lorong sempit.
Akhirnya, pergelangan tanganmu
mulai menggula, meleleh, menempel di jalanan semut. Dan mereka suka mengamati
manisnya kata katamu.pada jalan lain, ada wajah menangis, ada sekerat daging
dikoyak koyak. Dan ada jutaan pertanyaan
terkurung cemburu.tapi aku hanya meminta satu saja,menyematkan sekuntum bunga
di rambutmu, dan biarkan segala prasangka di kepala sirna.
Padepokan Halimun, 17 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar