Jumat, 16 Maret 2012

Secangkir Kopi Cintamu Di Langit Puisiku

Secangkir Kopi Cintamu Di Langit Puisiku

oleh Andrie Enrique Ayyas Camarena pada 11 Juli 2011 pukul 14:28 ·
 
Secangkir Kopi Cintamu Di Langit Puisiku

1.

ada sebuah cinta di hati
cinta yang kuukir kuat tanpa dirimu di sisiku
kecil dan mengalun  merdu
kadang dia tersimpan di langit yang menggebu
tersenyum  di ujung pelangi
kemudian melirikmu dari balik awan yang tertiup angin

aku masih di sini, sayang
di gerbang halimunku
menantimu datang membawa setangkup rindu
tapi, embun embun yang menetes menutup jalanmu
meninggalkan jejak jejak sendu yang bersayap rapuh

hanya puisi ini yang tersisa
kutulis dengan tinta yang berlumpur
di bawah kaki kaki bangau yang berdebu
dan batu batu menjadi saksi romantika yang menjejak langit


2.


busur-busur malam akan terkembang
dan tetes air hujan akan kujadikan panah-panah cinta
untuk menembak hatimu yang kering,
tapi aku tak bisa menembakmu dengan kebencianku:
sampai warna pelangi luruh dalam doaku
dan menjadi keringat yang membungkus tubuhmu.

mungkin kita lelah dengan waktu yang berputar
karena dia menahan pikiranku di belakang bahumu yang membiru
lalu adakah kenangan yang selalu murung dan rapuh?
bantal dan guling masih bertarung dengan bau tubuhmu di kamar ini
gelas yang pecah dan kapuk-kapuk rindu masih kusimpan di jantungku
sebagai perekat cintaku yang mulai hilang dan rapuh

siang ini masih hujan sayang,
dan di luar, pelangi masih bersembunyi dalam bibir awan yang akan menepi
minumlah anggur-anggur hitam peremuk hati yang membatu
karena asap rokok dan kopimu masih mencintai alunan musik mozart di ufuk barat:
angin akan mengembalikan kepergianmu,
seraut wajah yang kurindu di langit puisiku


3.


kau dan aku
dengan dinding hati yang masih merona malu-malu
bergerak seperti ombak di lautan
dan aku masih setia menanti kabar darimu
lewat cahaya rembulan malam ini

tetaplah di sampingku sayang
untuk membakar kisah cinta kita
dengan anggur-anggur neraka
dan malik akan mabuk,
pedang yang terhunus akan semakin menyala
kuberikan sepuntung rokok untuk kau hisap,
dan asapnya menjadi pelangi di langit biru,
langit cintaku yang kupersembahkan untukmu


4.

langit puisiku,
masih merindukan seduhan manis,
secangkir teh cintamu
dan setangkup coklat syair,
mengubah malam menjadi bunga mekar
bukan sekedar kata hati
dan bisikan cahaya kunang-kunang
tapi dinding-dinding kamar telah menjadi pencuri melodi
yang beraroma shampomu
di bantal-bantal kecil kita tadi malam

semua hanya ada dalam kata-kata yang singgah di pelupuk mata
dan langkah kaki, hanyalah tepian kalimat yang akan terhenti di depanmu
luruh dan akan ku lepas saat fajar datang menjelang
karena tubuhku hanyalah sekumpulan daging dan tulang
untuk  menyangga cintamu,
yang semakin menua dan memudar
terbang di tiup sang bayu yang merindu untukmu

5.

aku masih di sini sayang
mengabarkan pada debudebu dan bebatuan,
tentang kamu
ya tentang kamu yang membawa setangkup rindu
yang kamu berikan tadi malam
dan aku mencoba mengerti dan membacamu, di sisa waktuku:
karena cintaku bernafas diantara celah bibirmu


Padepokan Halimun, 11 Juli 2011

· · · Bagikan · Hapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar