Jumat, 30 Maret 2012

Nyanyian Tembang Liar

Nyanyian Tembang Liar

oleh Andrie Enrique Ayyas Camarena pada 13 April 2011 pukul 21:43 ·
Nyanyian Tembang Liar

1.

seraut wajahmu adalah ruang tamuku
dengan sofa-sofa empuk
bantal-bantal mungil
yang menanti kabar pulang
di minggu valentine yang basah
kau bilang "aku tak bisa hidup tanpamu"

senja masih membuka pintu dan jendelanya
dengan wajah berseri-seri
merindukan bayanganmu
musim gugur mulai merangkai dirinya sendiri
yang keluar dari putik-putik bunga
di sebuah taman yang rindang menghijau
dan itu bukan dongeng gemericik air di sela bebatuan

diantara warna bening airmu yang telanjang
kusetubuhi cintamu yang  merengek-rengek manja
kulahap kasih sayangnya
dan membebaskan burung-burung
yang paham bahwa tidak ada batas
bagi yang berani mati untukmu

matahari yang terbit dari ufuk timur hingga pesisir
akan kusimpan di ubun-ubun kepalaku
sampai esok hari dan
malam yang mulai mabuk
wahyu-wahyu Illahi akan menggetarkan jiwa
mendekap doa yang kian menguning
kutulis bersama anak-anak puisi

cintamu seperti lingkaran api
terlihat  cantik dan manis
yang akan membakarku hidup-hidup
jika asmara menjadi gila
di tengah kelopak mawar yang bernyanyi liar, lepas

dari 10 puisi yang kutulis untukmu bulan ini
hanya 2 yang tak mau dipisah
seperti kau dan aku saat ini
saling menunggu, membaca, mencerna dan
memahami arti sebuah hubungan
kau masih tersenyum
tak mau pergi dari ujung-ujung penaku
nanti kalo capek dan sakitku sembuh
dan burung-burung sudah kembali
aku mau kita tertawa riang gembira lagi

satu-satunya alasan kujatuh cinta padamu
karena kau telah mematahkan jantungku
hingga kutak berkutik
bertekuk lutut
tertunduk malu
dan kau kekasihku
menikmati semuanya pelan-pelan
karena kau bilang hatiku cukup lembut dan
memabukkan


2.

tangkai mawar itu
berdiri tegak seperti patung liberty
besok
dia akan pergi
menyanyikan tembang cinta

darah  yang mengalir dari durinya
bagai telur waktu yang menetaskan diri
mengikat sunyi yang muncul dari bulu matamu
"orgasme adalah heroin puisiku dan
alkohol adalah pencuci mulut penaku, katamu"
kala hatimu lelah dan kering di tepian dahaga

kelopak yang merekah
memberikan minyak pelumas
wewangian yang menghiasi embun pagi

kau adalah  mawar merahku
satu bunga terakhir
dari tulang rusukku
yang menjadi monumen kesepian
di antara lalu lalang belantara episode

hingga kamu tetap menjadi kamu
aku tetap menjadi aku
dan puisi cintamu  selalu menjadi bunga rinduku
dalam taman-taman syahdu
yang menyegarkan cinta kita


Padepokan Halimun, 13 April 2011





· · · Bagikan · Hapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar