Minggu, 01 April 2012

Travel Bag Cahaya

Travel Bag Cahaya

oleh Andrie Enrique Ayyas Camarena pada 17 Maret 2011 pukul 11:32 ·
Travel Bag Cahaya

1.
oh, cahaya
debu kian pekat membutakan mata
trotoar menyimpit
mengiringi para pejalan kaki
kau datang,
burung gagak berkoak-koak
suaranya parau, memekakkan gendang telinga
tidak ada kehangatan
memudarkan peta perjalanan panjang

cahaya pergi terlalu cepat
terseret badai tornado
semua orang di sekitarku
berubah menjadi zombie
mayat hidup
yang tidak benar-benar mati
menghuni rumah pendosa

virus menyerang
infeksi menyebar
kekacauan tumbuh semrawut
tidak secepat langkah kakimu
ketika berjalan menuju cahaya

malang sekali,
saat pistol pertanyaan di tembakkan
ribuan peluru alasan terlihat jelas
menutupi ketakutanmu

lalu, apakah kau yakin
bahwa hidup adalah hitam putih?
tertawa dalam warna abu-abu
menangkap keraguan hatimu
maka ledakkan pikiranmu
hancur berkeping-keping
jangan ragu-ragu!
sebelum iblis mencengkeram akalmu

waspadalah terhadap nafsu
sampah libido
dia bisa menurunkan celana dalammu
mengalirkan milyaran monster kecil
melebihi jumlah manusia bumi
maka, potonglah ikatan emosionalmu
sudah waktunya berhenti
berenang di kubangan nista

hidup untuk orang lain
dan diri sendiri
cukup simple
pasang sabuk pengaman
jalan itu naik turun
terjal dan bergelombang

kau lihat,
cahaya yang memudar di nisan sana
itulah aku!
sekumpulan tulang daging busuk
kanibal berpenyakitan
penuh kotoran
iritasi luka
phobia
dan syndrom berlemak

aku hanya mengikuti aturan
aturan kubuat sendiri
untuk bertahan hidup
tanpa cahaya
kosong melompong
tidak kutemukan apa-apa
kecuali, shot gun pemburu
yang di kokang di kepalaku
dooorrrr...!
mati!

2.
cahaya
kucuri dari penyihir tua kaum gypsi
yang di simpan dalam bola kristal salju
di lindungi mantera sihir kuno
dan kalung perak arwah nenek moyang
terrtulis atas nama ruh suci

cahaya
kukatakan padanya
bicaralah lebih keras lagi
menginjak-injak tirani diktator
rezim kolot membatu
maka, dia akan datang melalui revolusi
menghancurkan kucing garong penguasa

cahaya
mulutku mengucap
tanpa ada kesalahan
dengan artikulasi yang benar
saat langit dan bumi di hamparkan
hijab terbuka
cahaya naik ke atas
siang dan malam menjadi kosong
sunyi


Padepokan Halimun, 17 Maret 2011

· · · Bagikan · Hapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar