Malam menjadi cerita luka dan kehilangan, yang digantung
tanpa ikatan. Hanya sepi yang menggenggam sebuah isyarat, tiap detik merayu
ragaku. Melantakkan penjara yang menyumbat keinginan. Kemudian malam akan
berganti keriangan, membangunkan hati yang mengutuk hujan menjadi api. Menjilat
searah jarum jam yang lupa bisu tak pernah membatu kata kata. Kulihat di
matamu, kesepian adalah nafasmu, menjadi abu abu di bibir jiwa, yang telah
bosan mengulang bujuk rayu di ranjang ranjang yang bernyanyi lirih. Tanpa ada
rasa malu malu untuk menerjemahkan desah prasasti yang nmenemu arti. Hinga
huruf huruf merekah di pagi hari, dan kelopaknya menebarkan rahasia kecupan
bibirmu.
Padepokkan Halimun, 27 November 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar