Selasa, 03 April 2012

Cahaya

 1.

Biarkan aku menjadi purnama yang merindu di tubuhmu, setelah cahaya menembus belantara. Menyetubuhimu pelan pelan, mengeja nafas yang memburu lalu mengupasnya helai demi helai. Maka di detik ini, puisi akan menerjemahkan semua mimpi, yang meranum di rahimmu saat kau terpejam, dan aku masih setia bersenandung rindu, menelusuri gairah atasmu:
hanya kamu, wanitaku


2.

jadilah hujan yang melarutkan debu debu rindu, diantara pelukan gerimis dan sulaman cahaya rembulan, aku masih menantimu di hari kita pernah terlelap, menuangkan teh hangat. Memabukkan cawan cawan asmara

3.

sore ini,
senja kian luruh di wajahmu
menjadi baitbait serapah, menjejali puisi
memanjang, menangkup pasirpasir gurun

dan di matamu, bungabunga berkerlip mencari kupukupu
kemudian meniup saljusalju yang berdebu, menemui air mata gurindam
Seperti si cantik, yang tertawa renyah memenggal musim
untuk Mengelupas tiangtiang perpisahan:
merimbun pertanyaan pada bintang gemintang
yang penuh bujuk rayu, dalam sangkar emas
menghunjami jantungku





Padepokan Halimun 25 November 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar