1.
Biarkan aku menjadi purnama yang merindu di tubuhmu, setelah cahaya
menembus belantara. Menyetubuhimu pelan pelan, mengeja nafas yang
memburu lalu mengupasnya helai demi helai. Maka di detik ini, puisi akan
menerjemahkan semua mimpi, yang meranum di rahimmu saat kau terpejam,
dan aku masih setia bersenandung rindu, menelusuri gairah atasmu:
hanya kamu, wanitaku
2.
jadilah hujan yang melarutkan debu debu rindu, diantara pelukan gerimis
dan sulaman cahaya rembulan, aku masih menantimu di hari kita pernah
terlelap, menuangkan teh hangat. Memabukkan cawan cawan asmara
3.
sore ini,
senja kian luruh di wajahmu
menjadi baitbait serapah, menjejali puisi
memanjang, menangkup pasirpasir gurun
dan di matamu, bungabunga berkerlip mencari kupukupu
kemudian meniup saljusalju yang berdebu, menemui air mata gurindam
Seperti si cantik, yang tertawa renyah memenggal musim
untuk Mengelupas tiangtiang perpisahan:
merimbun pertanyaan pada bintang gemintang
yang penuh bujuk rayu, dalam sangkar emas
menghunjami jantungku
Padepokan Halimun 25 November 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar