Aku selamanya menjadi ombak, mendengar derai derai
pada gelombang berdinding buih,
menyimpan denyut yang membelah nadi.
Dan senja mulai redup,
sebelum malam di lalui kunang kunang purba.
Degup jantung menyala, meracik ingatan
tentang kau dan aku
Pada puisi ini,
Barangkali ada segenggam resah yang kau lepaskan
Waktu kepulangan pertama yang berpuisi
Dan bait bait rindu menjelma biji biji hujan
Menyisir udara, menemui belukar,
juga daun daun bermata kuning
Berlarian, meniti dentuman nafas
Yang panas kerontang
Maka jadilah bulir bulir hati, memercik gerimis
lalu pecah di pangkuanmu
Padepokkan Halimun, 15 Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar